Melintasi Padang Prairie Seakan Mengalami Masa Wild West Benua Amerika Zaman Dulu


Bagi generasi yang pernah akrab dengan film koboi atau pun novel petualangan Karl Marl pasti sudah akrab dengan kosa kata Prairie padang rumput yang sangat luas yang di huni oleh berbagai suku Indian yang saling berperang sesama mereka; petualang-petualang dari benua Eropa yang mencoba peruntungan hidup di padang rumput luas yang  sangat ganas yang kadang kala membuat petualang terbunuh dan bahkan kehilangan kulit kepala.

Sekarang  padang rumput yang luas tempat bison dan suku Indian berkeliaran itu mungkin sudah tidak ada lagi di tempat aslinya benua Amerika sana, sejalan dengan makin surutnya film-film koboi zaman wild west dahulu serta punahnya bison yang menjadi sumber makanan suku Indian. Namun sekarang di sini di Banyuwangi kota di ujung timur pulau Jawa ini saya seakan berada di padang prairie yang saya hanya melihatnya di film-film dan novel petualangan itu.

Bentangan padang rumput yang sangat luas dengan beberapa pohon rindang di beberapa tempat. Namun tidak ada kawasan bison di sana hanya gerombolan kerbau dan banten nampak berteduh di bawah pohon-pohon itu. Nun jauh di sana berdiri dengan kokoh gunung Baluran yang membuat suasana mirip betul dengan padang prairie yang digambarkan oleh novel petualangan Karl May. Pada kisah  pandang-padang  prairie gunung-gunung itu adalah tempat suku Indian menyimpan nugget yaitu  pasir emas yang menjadi inceran petualang dari Eropa ketika itu.


Taman nasional Baluran adalah sebuah kawasan yang digunakan khusus untuk melindungi berbagai macam ekosistem flora dan fauna. Di banyuwangi, kurang lebih ada 3 taman nasional yang  dijadikan sebagai objek wisata unggulan. Salah satunya adalah Taman nasional Baluran yang mendapatkan julukan sebagai little Africa  Java. Namun karena saya belum pernah ke Afrika majinasi saya mengatakan bahwa ini lebih mirip padang Prairie di Benua Amerika.

Luas kawasan yang teletak  di desa Wonorejo kecamatan Banyuputih perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo  ini kurang lebih 25.000 ribu hektar. Kawasan ini adalah berbagai macam konservasi dan hewan-hewan alam. Sejenis hewan-hewan padang rumput seperti banteng, kerbau, rusa, monyet berekor panjang, dan burung merak serta kera   ekor panjang. Kita bisa melihat keberadaan mereka yang sedang merumput di tengah savana. Sekali-sekali, sekawanan rusa akan melintasi  jalan beraspal yang kita  lalui.


Jika  kita ingin mengeksploitasi kawasan taman  ini kita harus menemmpuh jalan aspal yang cukup mulus sepanjang 12 km, yang ujungnya nanti adalah pantai yang eksotik pantai Bama.
 Pertama kali masuk Taman Nasional Baluran ini , kita akan disambut dengan rimbunnya hutan musim. Wilayah ini dinamakan hutan musim karena tempat ini berubah sesuai musim yang ada. Pada musim penghujan, hutan ini akan terlihat rimbun dan menghijau, namun pada musim kemarau, hijaunya dedaunan  hijau tidak akan tampak, dan berubah warna menjadi kuning bahkan  daun-daun pada rontok, sehingga hutan musim akan didominasi warna coklat. Kata pemandu yang menyertai saya dari berbagai daerah di Indonesia datang ke Taman Baluran ini untuk melihat bentangan hutan yang berobah warna itu.


Di kilometer 6 sampai dengan 9, kita akan dibawa ke kawasan hutan abadi atau dikenal dengan hutan evergreen. Hutan ini akan selalu terlihat hijau di sepanjang tahun dan sepanjang musim. Hutan evergreen terletak di atas tanah yang subur karena lapisan tanahnya yang selalu dibasahi air. Di tempat ini, terdapat aliran air atau sungai yang terus mengalir sehingga membuat kawasan evergreen ini terus tumbuh subur. Kapan pun kita datang kita akan melihat kawasan yang hijau sehingga disebut hutan evergreen.


Setelah  melewati hutan evergreen ini kita sampai pada Savana Bekol. Kawasan inilah yang saya katakan mirip Padang Prairie di benua Amerika  seperti digambarkan dalam film-film koboi. kawasan ini luasnya sekitar 10.000 hektar atau lebih dari sepertiga dari luas taman nasional Baluran secara keseluruhan. Di savanna Bekol ini pengunjung akan disuguhi  bentangan padang rumput yang luas serta pemandangan gunung nan esoktis. Savana bekol memiliki sifat hampir sama dengan hutan musim. Dimana, saat musim penghujan, kawasan ini memiliki pesona hijau nan menawan. Biasanya, di saat musim penghujan ada banyak hewan yang bisa dilihat seperti rusa yang sedang makan rerumputan.

Ketika saya berkunjung ke Savana Bekol, kijang tidak ada yang muncul. Yang banyak adalah kerbau dan banteng sebagai ganti bison di benua Amerika sana. Burung merak nampak bermain-main di bawah pohon dengan suaranya yang khas. Sayang, ketika saya dekati untuk memotretnya mereka berlarian dan terbang tinggi. Saya heran juga burung yang berbadan besar dan memiliki bulu yang bewarna warni itu bisa terbang tinggi dengan cepat. Binatang yang paling banyak yaitu kera ekor panjang, saking banyaknya kadangkala cukup menggangu. Sedang harimau  ada dan ular ada dikawasan hutan evergreen. Kata pemandu yang menemani saya, harimau akan keluar minum pada sekitar pukul 15. 00 wib. Jadi kalau saya ingin berjumpa harimau saya harus menunggu sampai sore. Pemandu itu membawa saya ke sungai tempat harimau itu biasa minum. Ia juga menjamin bahwa harimau di sana tidak mau mengganggu pengunjung. Karena mereka tahu pengunjung sudah membayar untuk masuk, selorohnya.


Meskipun untuk sampai kemari saya harus menempuh ribuan kilometer dari bagain tengah Sumatra Pekanbaru ke ujung pulau Jawa dengan jalan darat, namun saya merasa puas. Karena Taman Nasional Baluran ini sangat berbeda jauh dari objek-objek wisata yang selama ini saya kunjungi. Ke Banyuwangi jangan lupa singgah di taman ini.

Catatan: 
Naskah dilengkapi dari 
/https://tempatwisataindonesia.id/taman-nasional-baluran/  dan https://www.nativeindonesia.com/taman-nasional-baluran/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjelajahi 5 Danau yang Memikat dan Mempesona di Jawa Barat

Mengunjungi 5 Danau Yang Eksotik di Provinsi Banten

Pada Suatu Sore di Taman Kota Tugu Pejuang Pintu Rimbo Lubuk Sikaping Pasaman Sumatra Barat