Backpackeran to Lubuk Sikaping Pasaman Sumbar (Part Two)


Sebagian orang mengatakan angin malam itu sangat berbahaya untuk kesehatan. Angin malam bisa menimbulkan penyakit pilek, flu, masuk angin dan sebagainya. Namun saya menikmati angin malam yang berhembus dari luar bus. Sangat menyenangkan rasanya. Sungguh menyenangkan menikmati  belaian angin malam yang datang secara Cuma-Cuma dari luar, sambil menikmati perjalanan panjang dengan bus.

 Pasar Kampar sudah dilewati. Bus melambat dan akhirnya berhenti di depan kantor Bank BRI  Kampar. Rupanya adalah masalah dengan Ban depan. Mereka akan menggantinya dengan Ban Serep. Yang menjadi perhatian saya kenek Bus yang gendut berusaha susah payah sambil telentang masuk ke kolong bus bagian belakang. Rupanya ban serep letaknya di kolong itu.

Tidak berapa lama, kemudian bus berjalan lagi, tidak ngebut perlahan namun pasti. Menjelang desa Batu Belah Bangkinang, kembali bus berhenti pada sebuah kios temple benen. Sopir bus datang menemui saya dan minta maaf perjalanan jadi terganggu. Katanya mereka khawatir kalau nanti ban kempes di tempat yang sunyi dan gelap dan bus tidak bisa melanjutkan perjalanannya. Yang korban penumpang juga, katanya.

Saya nyatakan pada mereka bahwa bagi saya tidak ada masalah. Dalam hati saya malah berharap dengan ganngguan begini nanti bus bisa sampai ke Kota Lubuk Sikaping ketika hari sudah mulai siang. Sebab ada kekhawatiran saya kalau bus sampainya dini hari.

Dengan tangkas orang bengkel melepaskan ban luar mobil dari peletnya. Kemudian ia memperlihat bocoran benen lebih besar dari jempol. Jadi menurut  orang bengkel ini sebaiknya benen diganti. Awak bus Nampak kecewa dengan kenyataan ini. Mungkin ini tidak ada dalam   budget mereka. Namun karena tidak ada pilihan mereka terpaksa menurut. 

Sambil menunggu ganti benen Bus, para penumpang dan awak bus saling berbincang-bincang ringan pada sebuah balai-balai kecil yang terbuat dari bamboo yang dibelah-belah. Mereka menanyakan tujan saya ke Lubuk Sikaping. Ketika saya jawab sekedar backpacker mereka bertanya lagi tentang backpacker. Dan saya jelaskan pula apa itu backpacker. Ketika  ada yang bertanya pekerjaan saya saya jawab bahwa saya seorang blogger. Kemudian saya jelaskan lagi apa itu blogger dan apa pula travel blogger kepada mereka.

Sudah hampir mendekati pukul 11 malam ketika bus berangkat kembali. Kota Bangkinang sudah sunyi ketika bus memasuki terminal kota. Kemudian bus melanjutkan perjalanan menapaki jalan Pekanbaru Sumbar ditengah malam ketika makhluk lainnya tertidur lelap. Namun jalanan tidak sepi, penuh dengan mobil, truk dan bus yang kelihatan saling berpacu. Hanya bus kami yang  berjalan dengan kecepatan stabil.

Tape dari Bus melantunkan lagu-lagu lama Koes plus yang membangkitkan kenangan saya ketika remaja masa-masa SMA puluhan tahun yang lalu. Itulah nikmatnya traveling, sambil mendengarkan lagu juga membangkitkan kenangan-kenangan indah masa lalu.
Di Rangkiang Tanjung Belit bus berhenti lagi untuk makan. Dan ketika telah  lewat Lubuk Bangku pada sebuah kios penjual sanjai Bus berhenti lagi. Awak bus di hidangkan gerupuk sanjai kopi dan dibekali pula dengan rokok oleh pemilik kios. Saya ikut pula ngopi dan makan pop mie. Hari sudah menunjukkan pukul 03 dini hari.

Ketika bus melanjutkan perjalanan kembali saya mungkin sedikit terlelap, namun saya masih menydari ketika menjelang Bukittinggi, bus belok kanan ke arah Medan. Memang Lubuk Sikaping terletak pada jalan lintas ke Medan.
Tetangga-tetangga saya bilang jalan ke Lubu Sikaping itu  rawan kecelakaan. Karen jalanannya dipinggir jurang bukit-bukit yang gampang lonsor. Karena informasi ini lah istri saya tidak mengizinkan saya pergi membawa mobil sendiri. Sayang hari masih gelap sehingga saya tidak dapat melihat lansung kondisi kiri kanan jalan yang sebenarnya.

Azan subuh sudah berkumandang ketika bus berhenti di sebuah persimpangan. Katanya itu desa Kumpulan. Kampung halaman tetangga saya sebelah rumah. Saya melihat kalau dekat situ ada musallah atau mesjid untuk melaksanakan shalat subuh. Tapi nampaknya tidak ada. Maka saya melaksanakan shalat subuh dalam bus saja sambil duduk.

Ketika memasuki kota Bonjol hari sudah terang. Dan linntasan khatulistiwa terlihat jelas. Katanya museum Imam Bonjol yang menjadi target kunjungan saya juga dekat situ. Karena hari sudah  terang saya bisa melihat pemandangan kiri dan kanan jalan. Memang ada lembah-lembah di beberapa tempat, namun tidak begitu mengerikan kalau dibandingkan dengan tempat lain di Sumatra Barat. Persawahan kiri kanan jalan Nampak indah. Penduduk sudah memulai kegiatan.

Tidak berapa lama kemdian bus sudah memasuki Kota Lubuk Sikaping. Sebagai kota kabupaten Nampak agak sepi. Awak menanyakan dimana saya turun. Ketika saya beritahu Pasaman Saiyo, mereka mengatkan mereka akan mengantar saya kesana. Senang sekali saya mendengarnya.
Di sebrang sebuah penginapan yang  sepintas kelihatan seperti rumah biasa saja bus berhenti. Sudah sampai rupanya. Setelah mengucapkan terimakasih pada awak bus yang rata-rata ramah dan penuh persahabatan,  dengan menyandang ransel saya menyebrang jalan menuju penginapan Pasaman Saiyo tersebut.

Ketika mendaftar untuk menginap saya menemukan praturan hotel atau penginapan yang lain dari yang lain. Saya sering sampai disebuah kota pada pagi atau subuh hari. Ketika datang ke hotel dan penginapan tidak ada masalah. Namun di Pasaman Saiyo ini kalau kita datang pagi hari kita ditambah biaya 60 persen. Karena katanya cek in pada pukul 12.00 siang. Jadi kalau sebelum jam 12 itu dikenakan biaya.

Meskipun saya kurang setuju dengan system ini, namun karena ingin istirahat dan mandi, saya malas bertengkar atau pindah ketempat lain. Saya setujui saja. Saya ambil satu kamar kemudian saya istirahat sejenak untuk nanti bersiap-siap melaksanakan kegiatan selanjutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjelajahi 5 Danau yang Memikat dan Mempesona di Jawa Barat

Mengunjungi 5 Danau Yang Eksotik di Provinsi Banten

Pada Suatu Sore di Taman Kota Tugu Pejuang Pintu Rimbo Lubuk Sikaping Pasaman Sumatra Barat