Backpackeran to Lubuk Sikaping Pasaman Sumbar (Part one)


Backpackeran ke Lubuk Sikaping Pasaman. Apa yang saya tuju?Inipertanyaan yang banyak diajukan oleh teman kepada saya. Termasuk juga crew bus yang saya tumpangi ketika mereka berhenti menambal ban dalam perjalanan. Sebenarnya memang tak banyak objek wisata yang bisa dikunjungi di kabupaten yang berbatasan dengan Sumatra Utara itu. Tapi yang pasti hanya kabupaten inilah di Sumatra Barat yang belum pernah saya masuki.
 Jadi alasan utama  saya ke kota kabupaten ini adalah itu. Dengan datang kemari berarti saya sudah memasuki seluruh kabupaten Kota yang ada di Sumatra Barat.  Bagi saya yang pecinta traveling ini suatu kebanggaan. Sama halnya ketika saya melawat ke Bengkulu, kebanggaan saya dalah saya sudah mengunjungi semua Provinsi yang ada di Sumatra.

Trasport yang digunakan untuk ke Lubuk Sikaping atau tepatnya pasaman adalah Bus PMP ynag kebetulan poolnya ada di jalan Sembilang Rumbai. Petugas penjual tiket mengatakan bahwa Bus berangkat pukul18.30 Wib senja. Saya mengatakan saya akan terlambat datang karena saya sholat magrib dulu dirumah. 18.30 waktu magrib baru saja masuk. Dan dia mengatkan saya akan ditunggu sampai pukul 19 WIB atau pukul 7 malam.

Beberapa menit menjelang pukul 7 saya sudah sampai di pool di ujung jalan Sembilang Rumbai dekat bundaran Chevron . Memang rupanya Bus hanya menunggu saya. Dan ketika saya masuk Bus lansung berangkat. Sebenarnya saya bermaksud untuk selfie-selfie sejenak untuk update status di FB.
Saya duduk di depan sekali pada bangku pertama di belakang spopir. Sehingga saya bisa melihat bebas jalanan yang dilalui. Penumpang tidak beberapa orang sekitar lima oranng saja. Bus berjalan perlahan menyusuri jalan pintas UmbanSari menuju Arengka 2, belok ke kanan sampai jembatan Siak 2, kemudian masuk ke Terminal Payung Sekaki, terminal resmi kota Pekanbaru.

Tidak berapa lama di terminal Bus mulai melanjutkan perjalanannya menuju Pasaman Sumtra Barat. Menurut informasi Bus akan sampai di tujuan menjelang subuh. Ini yang membuat kekhawatiran saya. Jika sampai subuh hari sudah gelap, apakah bus ini ada poolnya di Lubuk Sikaping kalau ada tidak masalah bisa numpang duduk-duduk di sana menjelang fajar. Kalau tidak ada ini yang menjadi masalah. Kita tentu diturunkan pada suatu tempat di pinggir jalan. Dari tempat kita berhenti kenderaan apa yang ada nantinya ke penginapan. Dan kadangkala orang hotel atau penginapan kalau kita sampai dini hari sering bertingkah dengan mengatakan kamar penuh dan yang ada hanya satu kamar dan biasanya kamar yang mahal. Saya dan teman yang biasa bepergian sering mengalami ini.

Dengan sejemput kekhawatiran ini saya berusaha menikmati perjalanan, dengan menikmati pemandangan jalan yang dilalui melalui sorot lampu mobil. Namun jalan menuju Sumbar ini sudah biasa saya lalui, jadi tidak ada pula hal yang baru.
Mendekati desa  Kualu hujan turun, tidak terlalu deras dan membuat udara dalam bus yang ternyata tidak dilengkapi dengan AC menjadi segar dan nyaman. Namun hujan tidak lama dan crew bus membuka kaca jendela bus sehingga angin masuk menyegarkan udara dalam bus. Istilah nya ACC. Angin Cuma-Cuma.

Bus terus berjalan perlahan, tidak terburu-buru membelah kegelapan malam. Saya tidak berusaha untuk tidur, karena saya sendiri tahu bahwa saya jarang bisa tertidur pada awal perjalanan. Yang paling menyenangkan ya merenung, menghayal sambil menikmati hembusan angin malam yang bertiup perlahan dari luar. (Bersambung ke Part Two https://travelingbersama.blogspot.com/2019/04/backpackeran-to-lubuk-sikaping-pasaman_97.html)
Catatan: Beberapa gambar diambil dari google

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjelajahi 5 Danau yang Memikat dan Mempesona di Jawa Barat

Mengunjungi 5 Danau Yang Eksotik di Provinsi Banten

Pada Suatu Sore di Taman Kota Tugu Pejuang Pintu Rimbo Lubuk Sikaping Pasaman Sumatra Barat