MELIHAT MAKAM SYIAH KUALA DI BANDA ACEH
Tsunami adalah peristiwa alam berupa gelombang besar yang menyapu dan meluluh
lantakan apa saja yang dilauinya tanpa pandang bulu. Ini yang dialami oleh kota
Banda Aceh tahun 2004 sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar dan
korban jiwa sebanyak 240 ribu. Namun setelah peristiwa terjadi menimbulkan beberapa
cerita mistik. Gelombang besar itu bukan tidak pandang bulu namun ada juga tebang
pilihnya. Mesjid Raya Baiturahman dan satu lagi makam tetap berdiri kokoh
ketika yang lainnya hancur porak poranda.
Makam
yang tidak disapu bersih oleh tsunami yang dasyat itu adalah Makam syiah Kuala,
makam seorang ulama Aceh yang sangat termashur
dahulu kala. Abdulrauf bin Ali Alfansuri
, nama asli dari ulama tersebut, seorang Ulama yang kaharismatik , memiliki
pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatera dan Nusantara pada
umumnya. Sebutan gelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah Kuala. Nama besarya ini juga diabadikan untuk nama
perguruan tinggi yang paling terkenal di Banda Aceh yaitu Universitas Syiah Kuala.
Saya berkunjung ke
makamitu bukan karena saya percaya dengan hal-hal yang keramat dan berbau
mistik. Tapi karena makam itu merupakan suatu objek kunjungan wisata
yang sangat populer di Banda Aceh.
Terutama pelancong yang berasal dari Malaysia, Brunai Darusalam dan
Negara-negara Timur Tengah
Makam ini terletak di
tepi Pantai , Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Dan pantainya
disebut juga sebagai pantai Syiah Kuala. Dari pusat kota Banda Aceh jaraknya hanya
sekitar 2 km. Kalau naik becak ongkosnya hanya 20 ribu.
Makam itu merupakan sebuah kompleks dengan bangunan utama beratap cungkup
bertingkat dua tampak cukup megah dan menjadi satu-satunya bangunan yang ada di
kawasan yang umumnya terdiri dari hutan bakau dan tambak yang terbuka.Warna jingga
dan kuning sangat dominan pada bangunan ini sehingga memberikan sedikit nuansa
yang meneduhkan jiwa.
Selainbangunan utama itu terdapat pula beberapa
bangunan terbuka yang lantainya sekitar satu meter dari tanah tidak
pakai dinding dan menyenangkan sekali duduk-duduk disitu ditengah udara yang
terik, karena kita dapat me ikmati hembusan angina laut yang sepoi-sepoi.
Sebuah masjid juga ada di sana dan juga ruangan seperti asrama.
Makam sang Ulama terdapat pada ruangan utama dalam
sebuah kamar. Makamnya ditutup kelambu.
Diluar kelambu inilah para penziarah berdoa dengan khusuk. Dalam ruangan
itu dilarang memotret,namun ketika saya minta izin untuk mengambil beberapa
foto, petugas disana membolehkan.
Tak beberapa jauh dari ruang utama pada ruangan yang
terpisah ada seperti posko tempat penziarah melaporkan kalau mereka membayarkan nazar umpanya potong kambing
atau sapi. Kata penjaga, seorang lelaki tua menjelaskan banyak peziarah
datang ke sana memang untuk membayar nazar.
Meskipun hanya sebuah makam,
namun makam Syiah Kuala ini mempunyai nilai sejarah dan cocok bagi wisata
religious. Nah, bagi yang sudah sampai ke Banda Aceh, rugi sekali kalau tidak
menyempatkan diri untuk datang kesini. Dan 200 meter di depannya kita dapat
menikamati pemandangan pantai yang exotic
yaitu pantai Syiah Kuala.
Komentar