AIR TERJUN DESA TANJUNG
Sebenarnya
air terjun yang satu ini belum punya nama yang khusus, hanya saja karena
letaknya termasuk dalam kawasan desa Tanjung, maka saya sebut saja Air Terjun
desa Tanjung.
Desa Tanjung merupakan ibu kota kecamatan Koto Kampar Hulu,
pemekaran dari kecamatan XIII Koto Kampar. Untuk mencapai desa ini dibutuhkan
sekitar dua setengah jam perjalanan dengan mobil dari Pekanbaru. Sedangkan
angkutan umum adalah Superband yang biasanya mangkal di Simpang Panam.Untuk
menuju ke desa Tanjung ini, kita menuju
kearah Candi Muara takus. Ketika sampai di Gerbang komplek candi Muara Takus
kita terus saja, sekitar 2 km lagi.
Setelah melewati jembatan sungai Mahat kita akan sampai di desa kecamatan
baru itu. Namun ada suatu kebiasaan kurang menyenangkan dari penduduk setempat.
Sepanjang jalan mulai dari persimpangan ke Sumbar, akan ditemui banyak pemuda-pemuda yang meminta sumbangan.
Sebenarnya tidak ada masalah dengan peminta sumbangan ini,
ditempat lain juga ada. Namun sepanjang jalan ini agak berbeda. Di setiap
tempat mereka yang meminta sumbangan, kita terpaksa berhenti atau melambatkan
kenderaan, karena mereka membentangkan
tali di Jalan. Karena sudah berhenti juga kita jadi rishi tidak memberi
sumbangan. Jadi bagi para pengunjung, siap-siap aja dengan uang receh seribu
atau dua ribuan. Jumlahnya peminta sumbangan ini agak banyak, kadangkala bisa
mencapai sepuluh atau lima belas tempat. Kadang kala jaraknya hanya beberapa meter satu sama lain.
Namun terakhir ketika kami pulang dari desa Tanjung, mungkin karena hari sudah
sore, kami menemui hanya ada 4 titik pemuda-pemuda yang minta sumbangan ini. Mudah-mudahan
nantinya ada aparat setempat yang
berinisiatif menghentikan kebiasaan yang kurang menyenangkan pelancong ini,
karena ini akan memperlambat perjalanan.
Untuk mencapai air terjun dari desa tanjung bisa dicapai
dengan kenderaan roda dua atau jalan
kaki. Dengan berjalan kaki dicapai
dengan sekitar dua setengah jam
perjalanan. Sedangkan dengan roda dua bisa
ditempuh sekitar satu jam. Dan kenderaan roda dua pun tidak bisa mencapai
lokasi. Nanti ada tempatnya kenderaan ditinggalkan, kemudian perjalanan
dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar setengah jam.
Rute yang dijalani Untuk sampai kelokasi air terjun, dari ujung pasar desa Tanjung kita belok kekiri, menempuh jalan yang belum diaspal sekitar satu kilo meter. Kemudian menyebrang dengan rakit. Yang dikenakan biaya untuk naik rakit ini hanya kenderaan saja, sedangkan orang tidak di hitung. Satu kenderaan bermotor dikenakan Rp 2500,-Pulang balik Rp 5000,- Biasanya dibayar ketika pulang.
Sehabis penyebrangan kita
melewati padang pengembalaan dengan pemandangan yang cukup indah. Sungai Rambai
dengan tepian yang landai dan padang rumputnya yang menghijau Nampak terbentang
luas. Di tengah tepian yang landai itu berdiri sebuah panggung. Acara belimau kasai
sebelum memasuki bulan suci ramadhan biasanya diadakan di sini.
Lepas padang pengembalaan mulai lah perjalanan yang
sebenarnya. Bagi yang berjalan kaki mungkin tidak masalah. Namun bagi yang
menggunakan sepeda motor, mulailah akrobat menguji ketangkasan mengatur
keseimbangan. Jalan setapak yang dilalui banyak yang hanya selebar papan. Yang
tidak bisa mengatur keseimbangan akan jatuh.
Jika hari hujan rasanya jalan ini tidak mungkin dilewati dengan sepeda
motor. Akrobat ini berlansung sekitar setengah jam,yaitu dengan melewati hutan
yang rindang dan kebun karet yang terawat dengan baik. Bila menemui tanda-tanda
berupa umbai-umbai yang sengaja dibikin oleh pengunjung sebelumnya, kita belok
kanan. Di pinggir sebuah sungai kecil sepeda motor ditinggalkan. Mulailah rute
berjalan kaki.
Pertama kita menyebrangi sungai yang jembatannya hanya pokok
kayu yang diberi pegangan. Kemudian kembali kita memasuki kebun karet dan
menyusuri lereng bukit yang mendaki menurun. Sekitar setengah jam perjalanan,
gemuruh air terjun sudah terdengar. Untuk mencapai air terjun itu kita harus
mendaki sebuah bukit yang cukup terjal yang cukup menguras tenaga. Sampai di
puncak bukit air terjun yang dituju sudah di depan mata. Namun kita harus
menurun sedikit.
Air terjun itu muncul dari puncak bukit batu cadas. Yang
tingginya sekitar 15 meter. Bukit batu cadas itu nampak seperti
potongan-potongan yang disusun sedemikian rupa membentuk dinding yang tidak
rata. Sehingga sebelum sampai ke kolam di bawanya air yang terjun dari atas
harus melewati empat potong batu cadas yang menonjol yang membuat air terjun seperti melewati empat
tingkatan.
Air terjun ini sangat alami, belum ada sentuhan tangan manusia
sedkitpun. Kolam yang menampung air yang terjun tidak begitu lebar dan landai
dan dangkal. Di bawah air terjun sendiri kedalaman airnya hanya setinggi dada
orang dewasa. Airnya sangat jernih dan
sejuk. Sehingga mereka yang mandi dan bermain disini tidak tahan berlama-lama
karena dinginnya. Sungguh pesona alam yang indah.
Meskipun indah, air terjun desa Tanjung ini tidak cocok untuk
pelancong yang ingin bersantai. Karena untuk mencapainya yang jauh di tengah
hutan belantara memerlukan perjuangan yang cukup menguras tenaga. Namun bagi
mereka yang menyukai petulangan menempuh hutan rimba lokasi air terjun ini
sangat menantang untuk hiking dan berkemah. Kenyataanya ketika kami sampai di
sana ada sekitar tiga puluhan pengunjung. Dan mereka anak-anak muda dari Pekanbaru.
Ketika saya tanya di mana mereka dapat informasi , mereka mengatakan dari
berita mulut kemulut. Itulah pencinta alam, meskipun jauh dalam rimba tetap mereka cari.
Komentar