Menikmati Deburan Ombak Selat Malaka di Pantai Mutiara Rupat Utara

 


Bunyi deburan ombak yang menghempas pantai terasa menyentuh sesuatu di sanubari, Apakah itu juga meupakan misteri yang merajut pada kerinduan pada alam, mendatangkan kenangan-kenangan lama yang sudah mulai buram. Dulu ketika masih SMA saya bersama beberapa teman pernah duduk diatas rel kereta api di desa Ombilin di penggir danau Singkarak Pada malam hari  mendengarkan deburan ombak danau yang tidak sekeras ombak laut selat Melaka ini. Dan ketika kuliah di Padang deburan ombak pantai Ulak Karang terasa begitu berkesan.


Mesin Pencari Baru yang katanya lebih baik dari google silakan coba

Lewat pukul tiga sore bus kami mulai meninggalkan pantai Tanjung Lapin. Perjlanan diteruskan ke Pantai Mutiara masih di Rupat utara. Perjalanan ke destinasi ini sekitar satu setengah jam, Perjalanan menjadi asik karena berombongan bersama-sama teman lama yang banyak bahan pembicaraan yang menyenangkan.



Pantai Mutiara ini identik dengan penginapan Mutiara, karena berhadapan lansung dengan penginapan tersebut.Dan pantai yang menjadi objeck wisata seberti berada dihalaman depan penginapan.

Objek wisata pantai Mutiara Nampak begitu indah dengan ada dua pondok terbuka yang berada  di atas laut, Kedua pondok itu dihubungkan oleh jembatan kayu yang ditengahnya ada lambang cinta yang bertuliskan Pantai Mutiara. Dan ini digunakan oleh para pengunjung untuk berselfie ria. Dan pesis di hadapan penginapan yang berhadapan lasung dengan laut disediakan bangku-bangku dari semen untuk duduk menikmati pemandangan laut.

 

Pemandangan di Pantai Mutiara ini relative lebih indah. Ombaknya yang datang bergulung-gulung dari tengah laut mengeluarkan bunyi deburan ketika membentur pinggir laut yang terdiri dari tembok yang disusun dari batu-batu besar. Jadi tidak pantai landai yang berpasir putih. Pohon –pohon yang berjajar dipinggir pantai juga menambah keindahan pemandangan. Nun tidak jauh dari sana dermaga tempat orang menyebrang ke pulau Beting Aceh. Katanya pulau beting Aceh  juga menawan. Namun berkunjung ke Pulau ini tidak termasuk destinasi wisata yang kami ikuti ini.

 

Sorenya menjelang magrib hampir semua peseta duduk-duduk minum kopi dan teh di pondok yang berada diatas laut itu, sambil nyemil gorengan. Selat Malaka terbentang jauh kedepan. Kalau cuaca cerah katanya pinggiran kota Melaka Malaysia Nampak dari sana. Namun sore itu cuaca agak mendung. Ombak yang berkejar-kejaran menuju pantai  dengan buihnya yang putih bagai salju merupakan pemandangan yang mengasikkan terutama bagi kami yang hidup jauh dari lingkunagan laut. Sehingga melihat ombak yang berkejar-kejaran itu tidak ada puasnya.

Sehabis magrib pesrta tour berkumpul lagi  di pondok  itu. Ditengah desingan deburan ombak panitia tour menyampaikan beberapa hal tentang perjalanan yang sedang ijalani ini. Setelah itu dilanjutkan dengan malam bersama. Sehabis makan dilanjutkan dengan acara masing-masing. Ada yang berbincang-bincang sesama mereka, ada pula yang terus-terusan selfie. Ada yang duduk bermenung memnadangi laut lepas. Deburan ombak makin larut makin keras. Ini mengingatkan saya ketika kelas satu SMA di Bangkinang dulu, tamasaya ke Sumbar. Malam hari sampai hampir menjelang subub duduk diatas rel kereta api di desa Ombilin,l mendengarkan desauan air danau Singkarak. Sungguh berkesan saat itu.



Demikian juga ketika kuliah di Padang saya dengan  beberapa orang teman sering duduk di Pantai  Ulak Karang mendengarkan deburan ombak laut. Ada rasanya sesuatu dalam sanubari ini tersentuh mendengar debur-debur ombak ini. Berbagai perasaan, terharu, sedih, senang dan rindu terasa menyatu. Beberapa orang mulai meninggalkan pondok itu menuju kekamarnya masing. Namun masih banyak yang duduk dipondok diatas laut itu. Ombak makin lama makin keras, terasa menghempas ke jiwa. Angin laut terasa makin dingin. Ingin rasanya sepanjang malam berada disana ditemani deburan ombak laut yang makin lama terasa makin menghempas hati.


Ketika sudah kembali kekamar, hujan turun dengan deras malam itu. Namun sekeras bunyi hujan yang menimpa atap, deburan ombak selat Melaka masih terdengar dengan jelas di telinga. Suara ombak itu menemani tidur malam itu. Dan rasanya suara itu tidak hilang ketika sedang tidur menjelang pagi. Malam yang indah dan berkesan di pantai laut Selat Malaka.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Suatu Sore di Taman Kota Tugu Pejuang Pintu Rimbo Lubuk Sikaping Pasaman Sumatra Barat

Melihat Keajaiban Alam Kabupaten Lingga Kepulauan Riau: Menjelajahi Pesona Pulau-pulau Indah dan Pantai yang Menakjubkan

Traveling Seru dengan Road Trip