Merasakan Kekecewaan Tuanku Imam Bonjol di Bukit Tajadi Benteng Terakhir Pasukan Padri

Destinasi terakhir perjalanan saya ke Kabupaten Pasaman adalah  Benteng Bukit Tajadi di Bonjol. Bukit Tajadi adalah benteng Terakhir Pasukan Imam Bonjol sebelum ditaklukkan oleh Tentara Penjajah Belanda. Setelah benteng ini ditaklukkan maka perlawanan kaum padre  terhadap penjajah mulai redup. Dan Tuanku Imam Bonjol sendiri diperdaya oleh Belanda, diajak berunding dan ditangkap.
 Dari buku-buku yang saya baca dan juga internet, benteng itu di Bukit Tajadi. Namun hampir semua penduduk Bonjol yang saya temui mereka mengakan Gunung Tak Jadi. Namun karena pada buku-buku  tertulis bukit tajadi maka dalam tulisan ini  saya pakai saja Bukit Tajadi.

Ketika saya kemukakan niat saya mengunjungi Benteng ini kepada pegawai Museum Tuanku Imam Bonjol, mereka meminjamkan sebuah sepeda motor dan seorang anak SMK yang kebetulan sedang ada di museum itu. Anak lelaki inilahyang yang mengantarkan saya sampai kebukit yang bersejarah itu.

Benteng Bukit Tajadi terletak di kampung Chaniago Nagari Ganggo Hilie kecamatan Bonjol Kabuapten Pasaman. Dulunya benteng ini menjadi pusat komando pasukan Padri. Area benteng meliputi bukit berbentuk persegi panjang yang memiliki kemiringan hampir tegak lurus ke atas. Di atas bukit, pasukan Padri dulunya membangun struktur menyerupai benteng sebagai basis pertahanan Tuanku Imam Bonjol dan pengikutnya dari serangan pasukan Belanda sehingga dalam literatur Belanda area ini disebut sebagai Benteng Bonjol.

Untuk sampai ke bukit itu kita harus melalaui rumah penduduk dan daerah persawahan. Pada suatu pojok kami berhenti . Ada sebuah rumah yang mungkin lebih mirip gardu.  Remaja yang membawa saya mengatakan di dalam rumah itu ada meriam bekas peninggalan Pasukan Padri. Sayang waktu itu rumah tersebut di kunci tapi saya masih bisa melihat sedikit dari kaca jendela benda yang mirip moncong meriam.

Remaja itu mengatkan bahwa meriam itu terbenam di tanah dan tidak bisa ditarik keluar. Waktu zaman Jepang dulu, Jepang ingin memanfaatkannya tapi mereka tidak berhasil menariknya keluar dari dalam tanah. Demikian juga beberapa orang mencoba untuk mengeluarkan untuk dipindahkan kan ke tempat lain, tapi tidak berhasil meskipun sudah ditarik dengan bulldozer. Tidak masuk akal menurut saya. Namun saya tidak mau membantah. 

Setelah melewati perkampungan, kami melewati jalan semenisasi yang mulai menanjak mengitari sebuah bukit yang penuh ditumbuhi pohon kelapa sawit. Makin mendaki kita mulai menapaki jalan semen yang kiri kanannya semak-semak hilalang yang kadang kala  melingkar seperti terowongan. Honda masih bisa melewati jalan semak-semak itu. namun ketika kemiringannya mencapai 45 derjat saya turun takut kenderaan roda dua itu terbalik kebelakang.

Melalui perjuangan yang cukup berat akhirnya kami sampai ke puncak. Sebuah patung berdiri dengan kesepian diantar pohon-pohon dan semak belukar. Di depannya tertancap bendera merah putih yang berkibar penuh semangat ditiup angin yang cukup kencang.

Kesan bahwa puncak bukit itu sudah tidak terasa. Katanya benteng itu dahulu  memiliki tembok-tembok yang terbuat dari batu-batu besar dengan teknik pembuatan hampir sama seperti benteng-benteng di Eropa. Sisi bukit dikelilingi oleh parit pertahanan dan rumpun bambu berduri yang sulit ditembus. Namun sekarang semuanya itu tidak ada bekas-bekasnya. Saya tidak melihat tembok-tembok itu demikian juga bambu berduri yang sulit ditembus tersebut. Belanda membutuhkan waktu empat tahun untuk merebut benteng ini yaitu dari tahun 1833 sampai 15 Agutus 1837.

Tidak jelas sosok patung yang berdiri itu Tuanku Imam Bojol. Namun ada aura kekecewan yang terpancar dari patung itu. Ini terlihat pada prasasti yang tertulis di bawah patung,”MENGHADAPI KOLONIAL BELANDA BUKAN SOALAN BAGIKU TAPI MEMPERSATUKAN BONJOL AKU TERLUKA KARENANYA “  Kekecewaan yang dituliskan itu sungguh menyentuh perasaan. Betapa susahnyamengusir penjajah dari negeri ini.
Namun ada sesuatu yang membuat kita gembira sampai ke puncak bukit itu. Dari sana Nampak kota Bonjol dan sekitarnya serta sawah-sawah melingkarinya kelihatan indah mempesona. Jadi kedatangan kita ke Benteng Bukit Tajadi ini memiliki dua manfaat yaitu memupuk kecintaan kita pada tanah air dengan menyadari betapa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melihat Keajaiban Alam Kabupaten Lingga Kepulauan Riau: Menjelajahi Pesona Pulau-pulau Indah dan Pantai yang Menakjubkan

BACKPACKER TRAVELING TO KUALA KAMPAR (PART 4)

Menjelajahi 5 Gunung Yang Mempesona di Jawa Barat