Banyuwangi – Malang (Dua)


 

Lewat sedikit pukul sepuluh dengan Bus “Jawa Indah Transport” yang penampilan fisiknya sudah tua saya berangkat meninggalkan terminal bus Banyuwangi menuju Jember. Sebetulnya masih banyak objek wisata yang belum saya kunjungi di kota ujung timur pulau Jawa ini. Namun dengan berbagai pertimbangan perjalanan terus dilanjutkan, selamat tinggal  Blambangan



Saya berharap perjalanan lancea dan sekitar pukul dua siang bisa sampai di Kota Jember dan dari sana nanti tukar bus untuk ke Malang. Namun kenyataan berkata lain. Baru sekitar 20 menit berjalan, bus yang sudah renta itu berhenti, kata crewnya menunggu penumpang. Berhentinya tidak pula sebentar lama pula.



Dan berhenti ini tidak hanya sekali tapi sangat sering. Sehingga tadinya berharap sampai sekitar pukul dua jadi sirna. Saya jadi tidak sabaran, namun kemudian saya meyakinkan diri saya bahwa saya dalam perjalanan traveling tidak pantas saya bercemas. Tujuan traveling adalah untuk menikamti perjalanan. Jadi nikmati saja, masalah jam berapa sampai nanti urusan nanti pula. Dengan begitu saya menjadi tenang dan ikut pula bersantai. Kalau Bus berhenti, saya ikut pula duduk-duduk ngobrol dengan awak bus dan penumpang lainnya.



Banyak juga informasi menarik yang saya peroleh selama berintegrasi dan ngobrol itu. Jauh setelah di luar kota baru bus berjalan tidak berhenti-henti. Dan ada suatu tempat udara agak sejuk, kiri-kanan hutan-hutan yang terlihat rapi. Jalan berbelok-belok seperti yang lazim kita temui di Sumatra. Namun saya melihat. Hampir disetiap tikungan ada perempuan atau lelaki tua yang berdiri seolah-olah mengingatkan mobil yang lewat kalau ada lawan. Diantara mereka ada yang membawa anak kecil yang di tidur pada tikar yang ada tidak jauh dari sana.



Mengapa ini menjadi perhatian saya, karena darri wajah-wajah yang kelihatan lesu menggambarkan suasana hati orang-orang miskin. Mereka berharap lemparan uang dari mobil-mobil yang lewat, namun saya melihat penumpang jarang pula yang melemparkan uang. Dan wajah-wajah lesu yang dipertonton kan oleh mereka yang rata-raa sudah tua itu terekam da;lam memori saya.


Sudah hampir satu abad kita merdeka namun wajah-wajah kemiskinan ini masih kita jumpai dimana-mana. Pada dalam undang-undang yang mendasari Negara kita jelas ada “Orang miskin dan terlantar menjadi tanggungan Negara” Ketika saya Tanya nama lokasi hutan itu seseorang dengan ragu-ragu menjawab Alas Purwo. Namun karena dia ragu saya kurang yakin juga apa itu memang hutan Alas Purwo yang terkenal dengan misterinya itu.



Hampir pukul 4 sore bus yang membawa saya baru memasuki Terminal bus Jember. Dari terminal ini saya akan mencari bus lagi ke kota Malang. Kru yang saya tumpangi dari Banyuwagi berpesan agar saya mencari bus patas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Suatu Sore di Taman Kota Tugu Pejuang Pintu Rimbo Lubuk Sikaping Pasaman Sumatra Barat

Melihat Keajaiban Alam Kabupaten Lingga Kepulauan Riau: Menjelajahi Pesona Pulau-pulau Indah dan Pantai yang Menakjubkan

Traveling Seru dengan Road Trip