Yogyakarta – Banyuwangi (Part I)
Subuh, Nasib teman yang sudah nyetir dari
Pekanberu Yogya membangunkan saya. Dia harus pergi ke Bandara dan lansung
berangkat kembalai ke Pekanbaru. Nanti di Bandara ia sudah ditunggu oleh
pemilik mobil untuk menerima mobilnya. Setelah ia berpamitan saya kembali tidur
karena hari masih gelap.
Ingin
mencoba mesin pencari yang baru yang lebih baik dari google? Klick dibawah ini
https://www.entireweb.com/?a=090457
Sekitar pukul 9
Pagi saya bangun, mandi berpakaian kemudian mulai bejalan-jalan ke luar hotel.
Beberapa langkah sudah berada di Jalan Maliaboro ikonnya kota Yogyakarta. Yang
pertama saya cari adalah mencari kaca mat abaca lipat. Punya saya yang biasa
saya bawa entah hilang di mana. Tanpa kaca mata otomatis saya tidak bisa baca.
Sebenarnya
Yogyakarta bukan kota yang asing bagi saya. Di Jawa kota yang paling sering
saya kunjungi adalah kota Solo. Ini karena waktu berdinas dulu saya banyak
kegiatan LP2KS solo yang saya ikuti. Pernah setahun sampai 4 kali. Kota ke dua
ya Yogyakarta ini. Di samping keperluan dinas, waktu masih jadi guru SMAN 8
Pekanbaru pernah juga mendampingi anak-anak liburan kemari.
Namun yang paling
berkesan ketika pertama kali menjejak kan kaki di kota ini. Sudah lama tahun
1995 waktu pertama kali diangkat menjadi Instruktur Bahasa Inggris untuk Riau
program PKG. Waktu itu ada pelatihan di Malang. Selesai pelatihan dari Malang
berangkat malam dengan travel ke Yogya ini. Sampai sekita pukul 3 dinihari.
Dengan di temani tukang becak mencari penginapan. Hampir 5 kali mengetuk pintu
penginapan penuh semua. Waktu itu timbul prasaan was-was. Yogya masih asing
bagi saya. Bagaimana kalau tung becaknya macam-macam, atau ada begal. Untunglah
tukang becaknya baik dengan setia menemani saya mencari penginapan di sekita
Mariaboro ini.
Hampir semua objek
wisata yang terkenal di Yogya sudah saya kunjnjungi. Oleh karenanya keberadaan
saya kali ini di Yogya hanya untuk singgah saja. Jadi pagi ini saya hanya jalan-jalan
saja menyusuri Jalan Mariaboro. Sambil ingat-ingat nostalgia yang kalau
diceritakan panjang sekali. Pernah juga tamasya sebagai orang kaya dengan
menginap di hotel yang mewah di sini ketika seorang teman sedang banyak uang.
Sayang dia sudah almarhum.
Berjalan-jalan
sambil melamun akhirnya sampai di stasion Tugu. Tampak lebih mewah dan cangih.
Sebelum masuk ke area stasion ada sebuah gerbong. Gerbong dari kayu penuh
dengan tulisan-tulisan berupa slogan perjuangan merebut kemerdekaan dulu waktu
mengusir Belanda. Memang hebat orang Yogya ini. Kenangan perang kemerdekaan ini
masih tetap dipelihara sehingga seakan perang kemerdekaan itu baru kejadian
beberapa tahun silam.
Masuk ke Stasion
Tugu meninjau konter Penjualan Tiket. Tanya harga tiket Ke Banyuwangi. Ada dua
macam, tiket ekonomi daneksekutif. Ekonomi Rp 280 ribu rupiah sedang eksekutif
380 ribu beda seratus ribu. Saya pesan ekonomi saja.
Penjual tiket Tanya
umur saya, saya bilang 63 tahun. Kemudian dia Bilang, “Pak Bapa lapor sana,
orang seumur Bapak dapat karting 30 persen. Kemudian saya lapor dengan
memperlihatkan KTP. Akhirnya saya beli tiket ekskutif dengan harga Ekonomi 280
ribu rupiah.
(Bersambung ke Part II)
Komentar