Dari Puncak Pato Lintau kami melanjutkan perjalanan menuju ke Batu Sangkar. Ketika sampai di pertigaan memasuki kota, kami ambil jalan lurus menuju arah Kota Padang Panjang. Tujuan kami adalah desa Pariangan desa yang termasuk dalam daftar lima desa terindah di dunia versi Budget Travel disandingkan dengan empat desa lainnya yaitu Desa Wengen di Swiss, Eze di Prancis, Niagara on the Lake di Kanada, dan Cesky Krumlov di Ceko.
Sekitar 15 km dari Batu Sangkar akhirnya kami sampai di gerbang desa yang namanya Pariangan sehingga pertama mendengarnya pikiran kita ke Jawa Barat tidak tahunya desa yang berada di Ranah Minang.
Dari gerbang kami dipersilahkan oleh penjaga untuk terus ke atas. Tidak ada pungutan biaya. Dengan jalan yang terus menanjak kami melewati perkampungan penduduk. Kampung biasa saja sebenarnya. Namun karena lokasinya pada punggung gunung maka pada kiri kanan jalan kita di suguhi pemandangan yang sangat mempesona berupa hamparan tanaman padi pada sawah yang bertingkat-tingkat.
Disamping petakan sawah yang bertingkat-tingkat sawah itu terlihat begitu indah karena kombinasi warna hijau dan kuning karena mungkin musim tanamnya tidak sama maka sebagian padi ada yang masih menghijau dan ada pula yang sudah menguning, sehingga punggung gunung merepi itu terlihat bewarna warni yang mempesona sekali dilihat dari jauh. Dan jalan aspal yang meliuk-liuk diantara tanaman padi, jagung serta tumbuhan lainya menambah keindahan desa itu.
Pada sebuah rumah dengan atapnya bergonjong cirri khas Minang Kabau kami berhenti. Di samping rumah ada tempat parkir. Banyak juga mobil pribadi yang parkir di sana. Nampaknya rumah itu adalah terminal perhentian. Rumah itu juga berfungsi sebagai kafe. Minuman istimewaannya adalah kopi daun. Kopi daun adalah kopi yang bahanya bukan dari buahnya tapi dari daunnya.
Sambil menikmati kopi daun atau istilah populernya kopi kawa kita menikmati pemandangan desa terindah di dunia ini. Kesan saya desa ini keindahannya bukan karena dirancang untuk menjadi desa yang indah. Tapi memang desa itu sudah seperti itu atau dari sananya sudah seperti itu. karena konstur tanahnya yang naik turun dan juga karena berada di punggung gunung maka itulah yang membuatnya indah. Namun gunung merapinya sendiri bersembunyi di balik awan. Anak yang bertugas sebagai tukang parkir mengatakan kalau ingin melihat gunung merapinya dengan jelas datanglah sekitar pukul 10.
Berbagai tingkah yang dilakukan pengunjung di desa Pariangan itu. Namun rata-rata kegiatan utamanya adalah berselfie ria. Memang sayang sekali untuk dilewatkan beselfie ria dengan latar pemandangan indah seperti itu. Tingkah dan prilaku ini menarik juga untuk dijdikan sasaran bidikan kemera.
Agak ke bawah sedikit dari rumah kafe itu terdapat sebuah mesjid, mesjid Ishlah yang katanya merupakan masjid tertua di ranah Minang. Keberadaan masjid beserta aktivitasnya menambah kaya warisan budaya Pariangan. Dan nampaknya sebagian besar warga di Pariangan masih menggunakan bangunan tradisional Minangkabau, yakni rumah gadang. Banyak diantaranya bahkan sudah berusia ratusan tahun.
Tidak jauh dari mesjid ini terdapat pemandian air panas. Di sini kita dapat memanjakan diri dengan berendam di kolam yang disediakan. Istimewanya, pemandian ini diyakini memiliki sumber air dari Gunung Marapi. Kadar sulfurnya sangat bermanfaat untuk kesehatan kulit Anda.
Hal yang unik tentang desa Pariangan ini, katanya warga Pariangan juga memiliki kebiasaan yang menarik untuk diikuti. Salah satunya warga di desa ini memiliki kebiasaan mandi bersama-sama di tempat pemandian umum atau yang biasa disebut tapian mandi. Tapian mandi ini bisa kita temukan di depan Masjid Ishlah.
Bagi yang ingin berkunjung ke desa Paringan ini tidaklah sulit. Letaknya antara Padang Panjang dan Bantu Sangkar. Kalau dari Padang naik kenderaan pribadi sekitar 2 jam. Kalau dari Pekanbaru, perkirakan saja jarak Pekanbaru Padang Panjang. Bagi yang tidak membawa kenderaan juga tidak susah. Kita bisa naik angkot dari Padang Panjang ataupun dari Batu Sangkar. Nah nanti turun saja di Gerbang desa. Dari gerbang desa ke atasnya sudah siap sedia ojek yang siap mengantarkan kita ke mana saja. Para pecinta traveling yang ke Sumatra Barat akan rugi sekali kalau belum mengunjungi desa Pariangan satu dari lima desa terindah di dunia.
Catatan:Beberapa informasi diperoleh dari https://www.liputan6.com/lifestyle/read/2622251/desa-paling-indah-di-dunia-ada-di-sumatera-barat-indonesia
Komentar