Menuju Empang dan Air Terjun Bidadari


Tujuan berikutnya acara  hiking ini adalah empang dan air terjun yang sudah ada namanya yaitu Empang Bidadari dan Air Terjun Bidadari. Saya tidak tahu kenapa memakai nama bidadari. Apakah pernah bidari mampir dan mandi-mandi kesana, entahlah. Yang jelas setiap orang yang saya tanya kenapa disebut empang mereka menjawab memang dari dulu sudah itu namanya.


Mulailah kami kembali beriringan menyusuri jalan tikus menembus sema-semak yang terdiri dari pohon-pohon perdu. Sambil berjalan saya mengenalkan kepada anak-anak beberapa tanaman, seperti buah nasi-nasi. Sejenis pohon perdu yang buahnya berangkai-rangkai putih-putih. Sebenarnya tidak mirip nasi, karena nasi tidak ada yang bulat. Namun karena warnanya putih mirip nasi disebut nasi-nasi. Nama ilmiahnya saya tidak tahu.

Pohon lain adalah kalimunting atau ada juga yang menyebut Karamunting.  ketinggian 2 sampai 4 meter. Letak daun berlawanan, daun berbentuk oval, bagian atas daun berwarna hijau mengkilap, bagian bawah daun berwarna abu-abu berbulu. Panjang daun 5-7 cm dan lebar 2-3,5 cm. Bunga tunggal atau berkelompok (klaster) 2-3 bunga, diameter 2,5-3 cm dengan  warna beragam dari merah muda (pink) sampai ungu dengan  benang sari banyak dan  tidak beraroma. Buahnya berbentuk lonjong  Dengan ukuran panjang 1-1,5 cm. Menjelang matang, buah yang semula berwarna hijau berubah menjadi merah kecokelatan sampai hitam. Kulit buah seperti beludru. Buah yang matang berwarna ungu, lunak, Daging buah seperti anggur, hanya terasa lebih berserat, tak terlalu mengandung air, dan rasanya manis.



Masih banyak pohon lain seperti kantong semar, sikaduduk dan lain-lainya. Sambil menjelaskan tumbuh-tumbuhan tersebut kami terus berjalan, mengikuti jalan setapak, membungku-bungkuk untuk menghindari semak-semak yang menghalangi. Tidak berapa lama kami sampailah  pada yang namanya empang bidadari.

Sungai kecil yang airnya tergenang karena ada akar kayu besar yang pipih dan kuat dan  batu cadas menghalangi jalan air. Jadi fungsinya seperti bendungan, jadi bukan bendungan yang dibuat oleh manusia. Aneh juga kenapa akar kayu bisa terbentuk seperti itu. Di atas akar kayu itu kita bisa duduk-duduk.  Namun untuk bisa mencapainya kita harus memanjat dulu dengan  tangga kayu yang sudah tersedia. Bagus juga untuk sefie-selfie di sana.



 Sekitar seratus meter ke atasnya ada pula air terjun, itulah air terjun bidadari. Sama dengan air terjun sebelumnya, air terjun bidadari ini juga tidak terlalu tinggi.  Tepat dugaan saya air terjun yang satu ini sudah banyak dikunjungi  orang  ini terlihat dengan banyaknya sampah yang berserakan. Kemudian ada pula tangga bagi yang ingin melihat ke atasnya lagi.


Air terjun ini juga keluar dari celahan dinding bukit cadas yang memanjang seperti dinding tembok. Di bawah tempat air jatuh sudah terbentuk kolam yang dangkal. Airnya sangat jernih dan sejuk. Alamiah sekali. Menjelang masuk ke kolam ada dataran yang sangat cocok untuk berkemah. Saya kira memang sudah banyak yang pernah berkemah di sini. Anak-anak mulai pula berlompatan ke air tanpa buka baju mulailah mereka bermandi ria.


Bangku-bangku panjang dari pohon kayu disediakan tempat orang beristirahat. Memang menyenangkan juga duduk disana menikmati udara hutan yang sejuk dan nyaman. Meskipun di Pekanbaru sedang polusi asap, namun disini udaranya bersih bebas dari asap. Ingin suatu kali nanti mengajak teman-teman lain untuk kamping di sini.


Mata hari telah condong kebarat, ketika saya meminta anak-anak untuk keluar dari air. Kami harus berjalan kaki lagi untuk sampai ke jembatan gantung tempat mobil. Meskipun cukup jauh namun pemandangan yang dijumpai sepanjang jalan membuat rasa penat menghilang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Suatu Sore di Taman Kota Tugu Pejuang Pintu Rimbo Lubuk Sikaping Pasaman Sumatra Barat

Melihat Keajaiban Alam Kabupaten Lingga Kepulauan Riau: Menjelajahi Pesona Pulau-pulau Indah dan Pantai yang Menakjubkan

Traveling Seru dengan Road Trip