Hei, Ada Kampung Arab di Pinggir Sungai Musi Palembang
Ketika saya menyusuri sungai Musi Palembang dengan perahu mesin yang
oleh orang sana di sebuk ketek banyak hal yang menarik yang dijumpai
disepanjang sungai terpanjang di Sumatra itu. Tak berapa lama setelah lewat di
bawah jembatan Ampera yang legendaries, dipinggir sebelah kanan saya melihat
tulisan besar-besar yang terbuat dari plat putih”MUNAWARAH” Saya bertanya ke
pada tukang perahu, ada apa di situ. Tukang perahu mengatakan itu Kampung Arab.
Kekurangan uang untuk traveling? Mari kita dapatkan dengan gabung bisnis
jaringan dengan modal sangat murahhanya 25 ribu rupiah, bisa menghasilkan Rp.800 Juta,- Dari BisnisIklan ?
Silahkanklik :https://muslimpromo.com/?ref=8076
Silahkanklik :https://muslimpromo.com/?ref=8076
Mendengar kampung Arab, pikiran saya melayang ke
beberapa tahun yang lalu di jalur Puncak tidak jauh dari Puncak Pas Bogor km 84. Apakah kampung Arab di sungai
Musi ini sama dengan yang di Puncak Bogor sana.
Rupanya jauh berbeda. Kalau kampong Arab di jalur
puncak, orang-orang Arabnya rata-rata datang sebagai turis dan tidak menetap di
sana. Mereka menikmati kehidupan kawin kontrak dengan perempuan penduduk
setempat. Namun kampung Arab yang di sungai Musi ini mereka yang keturunan Arab
itu telah menetap secara turun temurun di sana. Cikal bakal Orang-orang Arab di
kampong ini dibawa oleh Belanda sekitar 250 tahun yang lalu. Tatkala itu, pihak Belanda melakukan
upaya pendekatan terhadap Etnis Arab di Sumatera Selatan, dengan menunjuk
seorang pemimpin yang diberi pangkat Kapten. Kapten Arab terakhir di sini
bernama Ahmad Al-Munawar yang wafat pada tahun 1970.
Rumah-rumah penduduk diperkampungan Arab yang
beralamat lengkapnya Jalan KH A Azhari seberang Ulu II Palembang ini rata-rata sudah tua. Bahkan beberapa
rumah disebutkan sudah mencapai usia 250 tahun. Namun masih kokoh berdiri
lantaran terbuat dari kayu-kayu ulin dan batu marmer yang didatangkan langsung
dari Eropa.
Ada sekitar 30 kepala keluarga atau sekira 300
penduduk yang mendiami Kampung Al Munawar. Mereka semua mempunyai tali darah
persaudaraan karena aturan yang tidak membolehkan mereka untuk menikah dengan
orang di luar kampung. Namun aturan itu hanya berlaku untuk para perempuannya
saja. Para pria tetap boleh menikahi perempuan di luar kampung namun tetap saja
darah Arabnya masih kental dari garis keturunan sang ayah.
Kampung Arab ini sekarang merupakan salah satu objek
wisata di kota Palembang. Makanya untuk masuk kampung ini pengunjung dipungut
Rp 5000,- per orang. Banyak hal yang bisa dinikmati oleh pengunjung Sungai Musi, di samping bentuk-bentuk perumahannya.
Masyarakatnya juga sangatlah santun dan terbuka kepada wisatawan yang datang.
Untuk menyantap makanan juga tidak susah di daerah ini, karena ada beberapa
rumah sengaja membuka warung makanan atau minuman bagi wisatawan dengan harga
yang sangat terjangkau.
Ada makanan dan minuman khas juga dari kampung ini
yakni Nasi Samin serta Kopi Sendok Emas khas Arab. Untuk makan Nasi Samin khas
kampung Al-Munawar kita harus memesan sehari sebelumnya, lantaran menurut
penduduk sini nasi Samin cepat basi. Namun, kalau ingin merasakan seduhan kopi
khas Arab kita tidak perlu menunggu hingga keesokan harinya, tinggal pesan saat
itu juga kopi akan dihidangkan.
Silakan saja, kalau sempat ke Palembang singgah ke
kampong Arab ini.
Catatan : - Beberapa bahan
diambil dari https://news.okezone.com/read/2017/12/18/340/1832293/potret-kampung-arab-di-pinggiran-sungai-musi-jangan-coba-coba-pakai-celana-pendek-di-sini?page=2
-
Beberapa gambar diambil dari google
Komentar