LONG WAY JOURNEY TO BENGKULU (Part 1)
Liburan akhir tahun adalah moment yang dinantikan, karena ada
tenggang waktu yang lebih lama dari yang biasanya. Namun pilihanya kemana.
Akhirnya diputuskan BENGKULU. Karena
dari sekian banyak propinsi di Indonesia hanya Bengkulu lah yang belum saya
datangi.
Seperti biasa ketika gagasan
traveling ini diajukan, banyak yang menyatakan kesediaannya. Ada sekitar 5
keluarga berarti satu keluarga membawa satu mobil menjadi 5 mobil. Mendekati
hari keberangkatan, mulai banyak yang mundur. Terakhir hanya 2 mobil saja, saya
sekeluarga dan adik laki-laki saya sekeluarga pula. Kemudian 2 kakak perempuan
saya menyatkan ikut.
Hari Sabtu 23 Desember 2017 seperti
yang direncanakan saya pukul 8.00 wib
berangkat dari rumah dengan istri dan 2 anak
menuju rumah kakak. Rencananya kakak saya ini nantinya akan nebeng
dengan mobil adik saya yang lebih besar dari mobil saya. Demikian juga kakak
saya yang dari Bangkinang.
Hampir pukul 9 wib kakak perempuan
saya yang dari Bangkinang baru muncul di
Purna MTQ tempat saya menunggu. Untuk sementara kedua kakak perempuan saya ini
bergabung dengan saya dan nantinya adik laki-laki saya akan menyusul. Ia
mengatakan anaknya lihai menyupir dan laju sehingga bila saya berangkat duluan
pasti akan tersusul
Meskipun agak sempit kami memulai
perjalanan ke Bengkulu melaui jalur Taluk Kuantan – Kalirin Jao. Saya nyupir
santai saja. Sudah hampir sampai ke Taluk Kuantan, belum Nampak gejala mobil
adik saya menyusul. Hari sudah mendekati pukul 12. Ketika waktu Zuhur selesai
shalat belum juga muncul, dan perut sudah terasa lapar. Kakak saya rupanya membawa
nasi lengkap dengan magig jar nya serta
berbagai jenis lauk pauk. Mobil saya arahkan ke Taman Pacu jalur di kota Taluk
Kuantan. Di sebuah shelternya kami bentangkan tikar, jadilah kami makan tengah
hari sambil menikmati pemandangan sungai
Kuantan.
Selesai makan siang, adik saya
memberi tahu bahwa dia telah melewati bundaran Taluk Kuantan menuju kalirin
Jao. Kami segera menyusul dari belakang. Mendekati Lubuk Jambi adik saya
mengatakan ia singgah dirumah makan. Ia menyebutkan nama rumah makannya. Dan ketika sampai di rumah makan itu saya pun
berhenti. Rupanya dalam mobil adik saya, mereka hanya bertiga. Dia dan seorang
anak gadisnya dan seorang anak lelaki yang menjadi sopir. Kedua kakak perempuan
saya pindah ke mobil adik saya, kemudian kami melanjutkan perjalanan.
Saya nyupir nyantai-nyantai saja,
tidak terburu-buru. Memang tujuan kita adalah tamasaya untuk menikmati
pemandangan. Mendekati Kalirin Jao jalan mulai lurus lagi dan tidak banyak
belokan. Di simpang kalirin Jao, kami belok kiri. Kalau belok kanan ke Solok.
Jalan tetap mulus. Tak berapa lama kemudian rupanya kami memasuki kabupaten
Damasraya Sumatra Barat.
Selama ini saya mengira Damasraya itu
lokasinya dekat Solok. Damasraya
ini dahulunya nama kerajaan. Kerajaan
itulah yang diserbu oleh kerajaan
Singosari dalam operasi Panjalu, yang
dipimpin oleh Ra Tanca, Ra Banyak dan beberapa orang pimpinan pasukan dengan
nama awal Ra. Pertempuran yang menentukan terjadi di Padang Sibusuk, yang
dimenangkan oleh kerajaan Singosari.Dan Padang Sibusuk itu sekarang sebuah desa
dilalui oleh jalan lintas dekat Solok. Ini yang menjadipertanyaan dalam pikiran
saya, kenapa Damasraya ini jauh dari Solok.
Banyak tempat-tempat yang sudah
sering saya dengar puluhan tahun yang lalu, kami jumpai di jalan lintas
kabupaten Damasraya ini. Seperti, Sitiung, Abai siat, daerah ini puluhan tahun yang lalu ketika saya kuliah di
IKIP Padang sering disebut-sebut oleh mahasiswa UNAND, baik oleh oleh mahasiswa
Fakultas Peternakan maupun Pertanian. Karena mereka sering praktek lapangan di
dua tempat ini.
Habis Kabupaten Damasraya, kita mulai
memasuki propinsi Jambi. Kabupaten pertama di propinsi jambi di jalan lintas
ini adalah Muaro Bungo. Kabupaten ini cukup luas daerahnya. Banyak desa-desa
dan kecamatan yang di lalui. Sayang di MuaroBungo ini banyak jalan yang tutup
buka seperti jalan ke Dumai dulu. Ini yang membuat perjalanan menadi lambat.
Mobil kami sempat mengalami tiga kali jalan tutup buka. Habis ini jalan lancar
lagi, tidak banyak bengkolan dan pendakian. Hari sudah mulai gelap ketika mulai
memasuki kabupaten Bangko.
Sekitar pukul 20.00 wib kami berhenti
di sebuah masjid, persis di sebrang kantor Kamenag di kota Bangko. Sambil
menunggu mobil adik saya yang jauh tertinggal dibelakang kami sholat magrib dan
Isya yang dijamak di masjid itu. Tidak berapa lama kemudian mobil adik saya
muncul.
Habis sholat kami berunding soal
makan malam. Rupanya kedua kakak kami
membawa nasi dan lauk pauk yang cukup banyak, sayang kalau tidak dimanfaatkan.
Saya meminta izin pada pengurus masjid untuk makan dipelataran masjid.
Karena hari sudah malam, saya
mengusulkan kami cari hotel untuk
menginap. Namun adik saya bilang kami lanjut saja ke Saralangon yang
diperkirakan sekitar satu setengah jam dari kota Bangko tersebut. Akhirnya kami
lanjut meluncur menuju kota Saralangon di tengah kegelapan malam.
Bersambung :
LONG WAY JOURNEY TO BENGKULU
(Part 2)
Catatan : Beberapa gambar diambil dari google
Komentar