BACKPACKER TO PULAU KIJANG RETEH INDRAGIRI HILIR (Last Episode)


When the day comes, I back home
To the place where I belong
To my home, to my family
To my community
To my destiny



Tidak terasa sudah 4 hari saja saya di Indragiri Hilir, satu hari di Tembilahan 3 hari di Pulau kijang. Berarti surat tugas saya sudah berakhir, maka saya harus pulang ke Pekanbaru. Kebiasaan saya, kalau dapat jalan pulang tidak sama dengan jalan ketika datang. Oleh karena itu saya ke Pekanbaru tidak melewati Tembilahan tapi melewati Kota Baru atau oleh orang Pulau Kijang disebut Proyek.
  
Pada hari yang ditetapkan setelah shalat subuh, Pak Radison pengawas sekolah yang dari awal mendampingi saya, sudah datang ke penginapan mengajak sarapan, makan nasi batambuah. Ada kebiasaan di Pulau Kijang ini, masyarakat sarapan pagi tidak di rumah, tapi pada rumah makan dan kedai nasi. Gejala ini terlihat, setiap pagi rumah-rumah makan penuh, dan saya jumpa beberapa teman guru SMA dan pejabat setingkat kecamatan di rumah makan. Dan sarapan pagi mereka bukan lontong atau nasi goring layaknya kebiasaan kita selama ini. Tapi betul=betul makan nasi seperti kita makan tengah hari.

Sebelum pukul 7 saya sudah di Pelabuhan. Saya akan ke Kota baru dengan boat pancung, kemudian nanti dari Kotabaru baru naik travel ke Pekanbaru.Boat Pancungnya sudah sandar di dermaga.
Boat pancung adalah boat kecil bermuatan sekitar sepulu sampai 15 orang. Dikatakan Boat pancung karena  kapal kecil ini special membelah (memancung ombak). Kalau ombak besar naik boat ini ngeri-ngeri sedap. Kadangkala kita seperti menukik ke bawah, sehingga permukaan air setinggi kepala kita, kemudian nanti dia timbul lagi ke atas. Cukup memacu adrenalin.


Boat pancung yang saya tumpangi ini merupakan kenderaan resmi model oplet kalau kita di daratan bagi penduduk yang tingal di pulau-pulau. Jadi tiap sebentar ia berhenti menaikkan dan menurunkan penumpang. Yang membuat perasaan berdebar, jika ada kapal lewat, atau berpapasan dengan kapal, boat ini menunjukkan keterampilannya memamcung ombak. Namun gerakannya yang membelah ombak itu seakan-akan dia oleng . Rasa-rasanya badan boat seperti mau terbalik saja. Bagi mereka yang biasa tidak Nampak kekhawatirnnya. Tapi bagi yang sekali-kali seperti saya cemas juga rasanya.


Hampir satu setengah jam berayun ayun di dalam boat, apakah yang dilewati laut atau sungai tidak jelas juga. Namun yang terakhir nampaknya sungai karena ada jembatan yang melintas di atasnya. Dan memang seseorang mengatakan itu jembatan sungai gergaji, berarti ketika lepas dari laut tadi boat melewati sungai gergaji.

Boat menepi dan diatas ada pondok seperti kedai. Di situ banyak orang duduk-duduk minum kopi. Kepada seseorang yang menyambut kedatangan peumpang boat saya katakana saya sudah pesan travel. Kemudian saya di bawa ketempat travel yang di maksud dengan sepeda motornya. Ketika saya bayar sebagai ongkos ojeknya, orang ini menolak dan mengatakan dia sudah dibayar oleh travel. Ada juga rupanya orang yang tidak rakus uang. Padahal kalau dia terima uang saya tidak ada juga orang yang tahu,
Maka berakhirlah traveling Backpacker to Pulau Kijang Reteh Indragiri Hilir. Sampai jumpa pada kisahbackpaker lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Suatu Sore di Taman Kota Tugu Pejuang Pintu Rimbo Lubuk Sikaping Pasaman Sumatra Barat

Melihat Keajaiban Alam Kabupaten Lingga Kepulauan Riau: Menjelajahi Pesona Pulau-pulau Indah dan Pantai yang Menakjubkan

Traveling Seru dengan Road Trip