BACKPACKER TO PULAU KIJANG RETEH INDRAGIRI HILIR (PART 2)


Oh, may I go a-wandering
Until the day I die!
Oh, may I always laugh and sing,
Beneath God's clear blue sky!
Cukup banyak saya mengadakan perjalanan menyebrang laut ke pulau-pulau di Propinsi Riau dan Riau kepulauan, namun menikmati pemandangan laut dengan ombak yang bergelombang  menuju ke pantai serta daratan yang Nampak di seberang jauh sana tidak pernah membosankan. Dengan kamera saya mengabadikan pemandangan alam ini.



Sedang asyik-asyiknya jepret sana jepret sini bagaikan  seorang  turis di pelabuhan itu, seorang mendekati saya menanyakan tujuan saya. Tidak mau repot saya jawab saja Pulau Kijang. Dia menawarkan tiket pada saya RP 120.000,- Lansung saya beli. Kemudian saya titip ransel yang memberati punggung saya di konternya. Sehingga leluasalah saya bergerak kesana-kemari sambil jepret-jepretan.
Mendekati pukul 12.30 saya menuju ruang tunggu keberangkatan siap-siap menunggu keberangkatan kapal. Petugas di sana menanyakan tiket saya ketika saya sodorkan, dia mengatakan bahwa tiket harus diganti dengan yang resmi. Dan harga resmi tertulis hanya RP 110.000,- petugas itu menambahkan bahwa lain kali saya lansung saja membeli di tempat resmi, hanya Rp 110.000,- berarti saya rugi Rp 10.000,- Tapi tidak apalah, hitung-hitung biaya penitipan ransel. Seperti di Bandara Sukarno- Hatta juga begitu ada biaya penitipan barang..

Lama juga duduk di ruang tunggu, waktu keberangkatan menurut skedul telah terlampaui, namun belum ada gejala kapal datang. Seseorang mengatakan kapal terlambat karena mengisi minyak. Namun minyaknya belum datang. Berati masih lama,sementara kantuk yang hebat menyerang saya. Maka saya mengusahakan untuk tidur sambil duduk.
Entah berapa lama, ketika saya terbangun karena petugas teriak-teriak kapal datang dan segra berangkat. Dengan menyandang ransel saya ikuti barisan penumpang yang membludak turun ke pelantar menuju kapal.

Karena padatnya penumpang, maka untukmasuk ke kapal memerlukan usaha yang cukup keras. Dan dalam kapal, Nampak hampir semua kursi  sudah diduduki. Dengan sabar saya berjalan menyeruak diantara penumpang lain, di sebuah barisan seorang anak muda menyilakan saya duduk dibarisan mereka yang terdiri dari tiga deret kursi dan baru diisi dua orang. Saya duduk ditengah diantara anak muda itu.
Kapal belum berangkat karena memuat barang dan mencarikan kursi-kursi pelastik untuk penumpang yang tidak kebagian tempat duduk. Suasana dalam kapal terasa sangat gaduh. Ditengahnya panasnya udara, anak-anak berteriak-teriak menangis, mungkin kepanasan. Sementara itu suara-suara orang nelpon sambil teriak -teriak , “ Tenanglah pak, proyek yang di situ sudah kita menangkan, dan yang berikutnya saya yakin kita akan menangkan   pula”. Sementara itu suara lain terdengar pula,” Sabarlah dek, bukan abang tidak mau  mengambil mobil yang adek maksud, hanya karena belum punya uang saja, nanti kalau sudah punya uang yang  lebih bagus dari itu abang belikan” Kebisingan yang bersahut-sahutan ini terus berlanjut, sampai kapal berangkat pun masih berlanjut. 

Ketika kapal mulai bergerak meninggalkan pelabuhan, udara segar mulai terasa masuk kedalam kapal. Anak-anak mulai berhenti menagis. Namun suara-suara mereka yang menelpon terus berlanjut semakin keras untuk melawan deru mesin kapal. Kembali kantuk menyerang saya, rupanya tertidur di ruang tunggu tadi belum cukup mengganti tidur yang terlewarkan malam tadi, maka saya biarkan saya tertidur kembali dengan nayaman
.( Bersambung BACKPACKER TO PULAU KIJANG RETEH INDRAGIRI HILIR PART 3)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Suatu Sore di Taman Kota Tugu Pejuang Pintu Rimbo Lubuk Sikaping Pasaman Sumatra Barat

Melihat Keajaiban Alam Kabupaten Lingga Kepulauan Riau: Menjelajahi Pesona Pulau-pulau Indah dan Pantai yang Menakjubkan

Traveling Seru dengan Road Trip