DESA PULAU LANGGINI DIKALA TERANG BULAN

Terang bulan di gunung
Yang membuat kenangan
Mengingatkan saat yang lalu
Pertemuan dengan mu

Tak kan hilang saat itu
Berpandangan dengan mu
Bulan terang jadi saksi
Hati bagai  dirayu

Lagu Jadul Muchsin Alatas yang mengisahkan kisah romantisnya bertemu pertama kali dengan kekasih hatinya di saat terang bulan di gunung. Lagu yang indah dan romantic dan saling berbalasan. Karena ada lagi balasannya dari Titik Sandora.
Saya menyenangi lagu ini bukan karena saya punya kisah yang sama dengan yang diceritakan lagu ini. Setiap kali saya mendengar lagu Terang Bulan di Gunung ini. Saya ingat sebuah desa Pulau Langgini.
Pulau Langgini adalah sebuah desa di kota Bangkinang yang letaknya persis di pinggir sungai Kampar. Tepiannya yang landai dan luas sangat ideal untuk arena perkemahan. Tepian yang landai itu terdiri dari hamparan krikil yang yang hampir sampai ketengah sungai jika air sedang dangkal, sedang bagian yang jauh dari sungai adalah padang rumput yang hijau yang diteduhi oleh pohon-pohon kelapa yang rindang.
Ketika masih SMP sampai SMA siang hari saya sering duduk-duduk di atas sebuah batang kelapa yang tumbang. Saya senang berlama-lama  duduk di sana melihat air sungai Kampar yang mengalir deras dengan riak-riaknya yang bergelombang keperak-perakan ditimpa sinar matahari. Sedangkan gemuruh airnya yang mengalir terdengar begitu indah menentramkan perasaan.


Di kala terang bulan banyak anak-anak bermain-main dan di pinggir sungai itu. Saya dan beberapa teman duduk-duduk bercerita ngolor kidul dan kadang- kadang merenung sampai jauh malam. Sungguh indah  menatap rembulan di pinggir sungai itu. Kadangkala karena sudah jauh larut malam kami tidak pulang kerumah, tidur saja dipinggir sungai itu beralaskan jaket saja.
Lagu terang bulan di gunung pertama kali saya dengar ketika ada perkemahan yang dihadiri oleh berbagai sekolah dan gugus depan yang ada di Bangkinang dan Pekanbaru. Ketika acara api unggun sekelompok peserta menyanyikan lagu ini.
Pulau Langgini yang indah, saya sering merindukan menatap rembulan di desa ini. Berapa tahun setelah kuliah di Padang saya dan seorang teman menyempatkan untuk berkemah di Pulau Langgini ini dengan membawa beberapa orang keponakan.

Saat-saat berlalu tak terasa cepatnya
Tiada lagi bayangan dari mu
Sangat hampa hati ku

Senyumanmu tak akan hilang
Kan menjadi kenangan
Bulan terang jadi saksi
Pertemuan dengan mu


Puluhan tahun berlalu, saya tidak pernah berkunjung ke desa pinggir sungai ini. Beberapa minggu yang lalu kerinduan bernostalgia membuat saya menyempatkan diri untuk datang lagi ke Desa Pulau langgini. Bentangan padang rumputnya masih tetap luas.Pohon-pohon kelapanya yang rindang masih tetap seperti yang dulu. Demikian juga batang-batang kelapa yang tumbang masih banyak untuk tempat duduk sambil melamun dan merenung. Hanya saja bentangan batu krikil yang semakin sempit.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Suatu Sore di Taman Kota Tugu Pejuang Pintu Rimbo Lubuk Sikaping Pasaman Sumatra Barat

Melihat Keajaiban Alam Kabupaten Lingga Kepulauan Riau: Menjelajahi Pesona Pulau-pulau Indah dan Pantai yang Menakjubkan

Traveling Seru dengan Road Trip