DAGADU DI JOGJAKARTA
Bagi mereka yang
berkunjung ke Jogjakarta, kalau sudah sampai ke masalah oleh- oleh, cendramata, maka dagadu merupakan suatu prioritas. Dagadu adalah kaos oblong
yang dihiasi dengan beraneka gambar khas Jogja dengan kata-kata lucu dan
spesifik.
Tidak banyak yang tahu, bahwa
sebenarnya Dagadu merupakan bahasa slang yang berarti ungkapan makian atau
umpatan yang artinya “MATAMU”
Dagadu Jogja, mata bukan semata-mata logo. Mata
adalah idiom yang lekat dengan citra kreatifitas, dunia rancang merancang.
Dalam khasanah budaya Jawa, mata adalah mripat, yang konon kabarnya berdekatan
makna dengan kata ma’rifat, yang dimaknai sebagai keinginan agar dapat
memberikan manfaat bagi diri dan lingkungannya. Matapun menjadi sarana utama
untuk sightseeing, jalan-jalan sambil menikmati suasana dan panorama kota. Maka
Dagadu berharap dapat mempresentasikan kepedulian terhadap masalah perkotaan
dan kepariwisataan di Jogja.
Dagadu
pertama kali digagas oleh 25 orang yang merupakan mahasiswa dan alumni
mahasiswa arsitektur pada tahun
1994. Perusahaan yang menaungi produk-produk berlabel Dagadu ialah PT. Aseli
Dagadu Jogjakarta yang didirikan pada 4 Januari 1994. Para pendiri Dagadu yang
sebanyak 25 orang itu memiliki minat yang sama di bidang kepariwisataan dan
perkotaan. Mereka sering berkumpul bersama dan akhirnya mewujudkan keinginan
untuk membuat sebuah ciri khas baru tentang Jogjakarta dalam hal cinderamata.
Akhirnya mereka membuka counter penjualan Dagadu pertama kali di Lower Ground Malioboro Mall, Jogjakarta Modal awal yang digunakan dalam
pendirian Dagadu ialah sebesar 4 juta rupiah.
Sejak awal kelahirannya, Dagadu Djokdja memposisikan diri
sebagai produk cinderamata alternatif dari Djokdja dengan mengusung tema utama:
Everything
about Jogjakarta. Ya artefaknya, bahasanya, kultur kehidupannya, maupun
remeh-temeh keseharian yang terjadi di dalamnya. Terminologi “alternatif”
digunakan untuk membedakan produk Dagadu Djokdja dengan cinderamata lain dengan
karakteristik : memberi bingkai estetika pada hal-hal keseharian yang dianggap
sederhana dan remeh; mengungkapkan gagasan dengan gaya bermain-main yang mudah
dipahami; memberi penekanan pada aspek keatraktifan melalui bentuk-bentuk
sederhana yang mencolok; memilih fabrikan ketimbang citra craft atau kerajinan,
baik melalui material yang digunakan maupun unsur-unsur desain dari pemilihan
warna hingga finishing.
Jogjakarta, jangan
lupa Dagadu, disamping batik tentunya.
Komentar