STUDY VISIT DI PHILIPINA(3) TAMASYA KE TAGAYTAY CITY
Setalah beberapa hari di Philipina, acara kami adalah tamasya. Saya
kurang tahu alasannya, yang dipilih ada Tagaytay City. Daerah tujuan wisata di dataran tinggi.
Perjalanan cukup menyenangkan. Jalannya mulus tidak ada yang
berlobang-lobang. Melewati
persawahan dan perumahan yang lebih mirip real estate. Di gerbang tol
banyak terlihat pihak keamanan berbaju putih celana donker dengan pistol di
pinggang. Setelah beberapa saat, jalan mulai menanjak. Di kiri kanan jalan
terlihat orang berjualan buah-buahan, sayang tidak ada yang spesifik. Semuanya sudah terbiasa kita lihat di tanah air,
seperti nenas, jagung, singkong, nangka dan lain-lain . Saya berusah mencari buah-buahan yang tidak ada di Indonesia, Namun tidak ada.
Menjelang tagaytay city banyak dijumpai perguaran tinggi. Diantarnya Akademi Kepolisian Philipina. Rata-rata
kampusnya nampak ditata rapi dengan pekarangan yang luas.
Kekurangan uang untuk traveling ?Mari kita dapatkan dengan gabung bisnis jaringan dengan modal sangat murah hanya 25 ribu rupiah, bisa
menghasilkan Rp.800 Juta,- Dari Bisnis Iklan ?
Silahkan klik : https://muslimpromo.com/?ref=8076
Silahkan klik : https://muslimpromo.com/?ref=8076
Object wisata Tagaytay ádalah daerah perbukitan. Saya katakan perbukitan, karena udara disana cukup
panas. Jika pergunungan biasanya udaranya sejuk dan dingin. Tempat wisata ini mengingatkan saya pada bukit Stanum di kota Bangkinang yang sudah puluhan tahun tidak pernah
saya kunjungi.
Dari bukit Tagaytay ini kita dapat
menikmati panorama alam yang indah.
Rumah-rumah di Tagaytay City terlihat dengan jelas. Kota itu seperti dibelah oleh jalan raya yang
meliuk bagaikan ular panjang. Agak kekanan sedikit nampak beberapa
gugus pulau –pulau yang sepertinya
ditengah danau. Disalah satu pulau itu ada gunung berapi, Gungung Taal. Kalau melihat ukurannya kurang tepat dikatakan gunung, tepatnya bukit berapi. Menurut orang Philipina adalah gunung berapi terkecil di dunia.
Disamping panorama alam, di objek tamasa itu
dipenuhi juga oleh pedagang souvenir. Namun sayangnya semua souvenir itu tidak
ada yang specifik, sama seperti yang ada di Indonesia, seperti gantungan kunci
dan baju kaus. Yang paling banyak dibeli oleh teman-teman adalah baju kaus
karena ada gambar dan tulisan Philipinanya. Demikian juga kerajinan dompet dan tas yang ada
tulisan philiphinanya. Tukang pijat juga datang menawarkan jasanya. Mereka
berbaju seragam hijau untuk menunjukkan mereka mereka adalah pemijat resmi dan
profeisonal. Pijatannya, ya sambil duduk saja seperti pemijat di objek wisata Borobudur yang membawa
tikar. Caara memijatnya juga menyenangkan. Ketika ditanya dimana mereka dapat
keterampilan memijat, mereka menjawab bahwa mereka dilatih di TESDA. Rupanya
Tesda sejenis BLKI kita yang kami kunjungi sehari sebelumnya melatih
juga tukang pijit.
Cukup lama kami di objek tamasya itu’ namun ketika
waktu shalat Dzuhur masuk, teman-teman tidak menemukan tempat yang bisa
dijadikan tempat sholat. Akhirnya di sepakati kita kembali ke Manila sambil
mencari nantinya dijalanan tempat untuk bisa sholat. Nah disinilah masalahnya,
sepanjang perjalanan tidak ditemukan tempat yang bisa untuk digunakan sholat.
Ditempat pompa bensin juga tidak ada. Inilah perbedaan Philipina dengan
Indonesia. Jika di Indonesia, sepanjang perjalanan kemana saja kita kan jumpai
banyak tempat ibadah seperti mesjid ataupun gereja.
Karena tidak menemukan tempat sholat, kami
memutuskan sebelum melanjutkan kepada objek berikutnya yang dalam agenda adalah
pusat perbelanjaan, kami pulang dulu ke Hotel untuk sholat dzuhur dan ashar
yang dijamak.
Komentar