Tamasya pada Pagi yang Indah Menyusuri Janjang Saribu Bukittinggi
(Miniatur Tembok China)
Kedatangan saya dan keluarga kali ini ke Bukittinggi adalah untuk menjelajahi janjang Saribu yang terkenal itu. Beberapa bulan yang lalu saya berusaha untuk mendatangi jenjang yang katanya mirip Tembok Besar China itu, tapi saya tidak dapat menemukan jalan masuknya. Nah kali ini saya yakin akan bisa menemukannya. Maka mulailah perjalanan tamasya yang menyenangkan dipagi yang indah walaupun sedikit mendung.
Janjang Saribu (Indonesia: tangga seribu), atau Janjang Koto Gadang, adalah salah satu objek wisata yang terdapat di Ngarai Sianok, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Tangga dan jalan yang bertembok ini melintas mulai dari Koto Gadang di lembah Ngarai Sianok lalu naik ke Bukittinggi. Panjang keseluruhannya kira-kira sepanjang 780 m, lebar jalan 2 m, serta bertembok beton yang bentuknya menyerupai bentuk Tembok Besar ChinaKedatangan saya dan keluarga kali ini ke Bukittinggi adalah untuk menjelajahi janjang Saribu yang terkenal itu. Beberapa bulan yang lalu saya berusaha untuk mendatangi jenjang yang katanya mirip Tembok Besar China itu, tapi saya tidak dapat menemukan jalan masuknya. Nah kali ini saya yakin akan bisa menemukannya. Maka mulailah perjalanan tamasya yang menyenangkan dipagi yang indah walaupun sedikit mendung.
Penjelajahan menuju janjang saribu ini kami mulai dengan menyusuri jalan dari taman Ngarai Sianok terus menurun mengarah ke Kota Gadang. Tak berapa lama kami melihat tanda bertulis”Tempat parkir mobil ke Janjang Saribu”
Kami segera parkir di satu-satunya tempat yang datar di dekat situ yang bisa untuk parkir 4 sampai 5 mobil. Dari sana kami melewati beberapa kedai kecil penduuk dan menurun pada jalan setapak yang sudah disemen. Di beberapa tempat beberapa kedai kami lewati yang pemiliknya menawarkan minuman kotak dan aqua botol. Perjalanan awal ini sungguh menyenangkan ditengah udara yang sejuk. Jalannya menurun terus tidak menguras energy. Tak berapa lama hamparan sawah yang menghijau membuat perjalanan lebih menyenangkan. Di pinggir sawah itu ada café yang bangunannya mirip rumah bergonjong rumah adat Minangkabau.
Tak berapa lama kemudian sebuah jembatan gantung menghadang perjalanan. Jenbatan gantung itu sudah tua dan pada beberapa tempat sudah ada beberapa lantainya yang keropos. Rupanya itu adalah jembatan gantung yang terlihat pada suatu bagian ngarai Sianok. Saya sudah dua kali ke ngarai ini dan melihat jembatan gantung ini dan bertanya-tanya gimana untuk mencapai jembatan itu, saya tidak menemukan jalannya. Rupanya dari sini jalannya.
Untuk melewati jembatan itu kita harus berhati-hati. Disamping karena bergoyang disko tapi juga menghindari lantai yang lapiuk. Anak gadis dan istri saya tidak berani lewat. Jadi merka menunggu pada sebuah pondok persis dipangkal Jembatan.
Pemandangan dari kiri dan kanan jembatan itu sungguh sangat indah. Ngarai Sianok yang sebenarnya adalah sebuah lembah dengan sungai kecil yang mengalir dan perbukitan yang Nampak sebagai dinding yang kokoh keliahatan indah sekali. Pantas saja dari berbagai daerah di Indonesia dan juga mancanegar datang kemari untuk menikmati pemandangan alam lembah ini. Pantas juga beberapa lagu diciptakan untuk mengabadikan lukisan alam ini.
Selepas jembatan gantung ini barulah kita berjumpa dengan janjang saribu yang kita tuju. Pada nulanya sedikit saja mendaki kemudian datar kemudian mendaki lagi, makin lama pendakiannya makin dominan hingga membuat napas tersengal-sengal. Pemandangan tidak begitu bebas karena dihalangi oleh semak semak belukar. Ketika itu rombongan kera sedang ramai-ramainya, suara mereka yang melompat dari pohon kepohon terdengar riuh rendah. Suara-suara kera ini menimbulkan kekhawatiran juga kalau ia menyerang.
Dikatakan sebagai miniature tembok China mungkin karena dinding dinding dari jenjang ini di buat berpetak-petak selang seling bagaikan puncak sebuah benteng pertahanan. Dan kita lihat pada gamabar-gambar yang ada tembok besar china seperti itu.
. Sebenarnya rute janjang seribu ini adalah pelintasan dan jalan setapak penduduk Kota Gadang yamg merupakan jalan pintas mereka menuju kota Bukittinggi. Pada jaman penjajahan Belanda, pelintasaan ini telah ada, namun bernama Janjang Karena dari bukit masuk jurang dan naik lagi mereka membuatnya seperti jenjang. Mereka menyebutnya janjang Batuang, karena terbuat dari tanah dan ditopang oleh bambu (Minangkabau: batuang). Disamping jalan pintas penduduk setempat juga menggunakannya bila hendak mengambil pasir di sungai.
Pemerintah Kabupaten Agam yang sadar wisata dan melihat ini sebuah objek yang menarik bagi petulanga mengadakan program renovasi untuk menjadikannya destinasi wisata baru, dan bersama Menkominfo Tifatul Sembiring meresmikannya pada tanggal 27 Januari 2013.
Untuk sampai ke ujung dari janjang ini desa Koto Gadang memerlukan stamina yang lumayan dan napas yang kuat. Karena mobil kami parkir dekat Bukittinggi maka akan terlalu jauh kalau kami untuk kemabli nantinya. Jadi ketika sudah merasa sampai ke puncak yang paking tinggi kami lansung berbalik turun. Suatu rute tamasya yang cukup menguras tenaga namun disugihi pemandangan alam yang sangat indah. Hobi Hiking? Mungkin inilah rute terbaik.
Catatan
: Bahan dilengkapi dari https://id.wikipedia.org/wiki/Janjang_Saribu
Komentar