Melongok Museum Tuanku Imam Bonjol di Bonjol Pasaman

 
Mengunjungi  tugu Equator di jantung kota Bonjol akan rugi sekali kalau tidak disambilkan  melongok Museum Imam Bonjol. Karena Tugu Equator dan Museum berada pada satu kompleks. Dan dari tugu equator, bangunan museum Nampak berdiri dominan dengan arsitek khas rumah Minang Kabau.
 
Yang lebih menarik perhatian kita untuk  mengunjungi museum ini adalah Patung Tuanku Imam Bonjol yang menaiki  kuda yang mengangkat kedua kaki depannya ke atas seolah akan menerjang musuh yang ada di depan sedangkan Tuanku Imam Bojol mengunus pedangnya ke atas seolah siap meusuk lawan.

Museum ini dibangun di areal seluas lebih kurang 2 hektar dengan luas bangunan 42 x 16.50 meter persegi, terletak di Jalan Lintas Sumatra, tepatnya di Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat. Dalam areal itu jugaada taman, Taman Imam Bonjol dan mesjid, Mesjid syhada.
Pembangunan museum dimulai pada bulan Oktober 1987 dan selesai tahun 1990. Pada tahun 1990, museum ini resmi diserahkan pengelolaannya dari Pemerintah Daerah Provinsi Sumatra Barat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Pasaman dibawah naungan Kantor Pariwisata.

Bangunan museum terdiri dua lantai. Lantai pertama adalah untuk perkantoran dan perpustakaan. Sayangnya perpustakaannya hanya berisi naskah-naskah yang dijilid mirip karya ilmiah di perguruan tinggi. Tidak ada buku-buku tentang perjuangan Tuanku Imam Bonjol. Koleksi buku di museum itu kalah jauh dari koleksi buku dirumah saya.

Pada lantai dua inilah terdapat benda-benda yang berhubungan dengan perang. Seperti parang, tombak bedil laras panjang, teropong dan lain-lainnya. Ada juga meriam mini yang sebesar  bamabu dan panjangnya sekitar satu meter. Baru kali ini saya melihat ada meriam sekecil itu. Begitu juga tombak-tombak yang dipamerkan. Saya agak heran  banyak dari tombak yang ada disana merupakan tombak kecil yang  hanya sebesar empu kaki saja, dan panjangnya hanya sekitar  satu setengah meter.
Di samping barang-barang koleksi tersebut terdapat juga banyak lukisan-lukisan dari dua sisi. 
 
Lukisan Tuanku Imam Bonjol dan Pasukannya dan juga lukisan tentang orang Belanda sendiri. Salah satu lukisan itu adalah lukisan pada moment-moment Tuanku Imam Bonjol diajak berunding kemudian ditangkap. Pandangan Mata sang Tuanku terlihat begitu menyedihkan. Mungkin perasaan sedih atau bisa juga geram karena berhasil ditipu.
Sebenarnya lukisan-lukisan ini lah yang secara tak tersirat bercerita kepada kita tentang pahit getirnya perjuangan kaum paderi dalam mengusir penjajah yang mengangkangi daerah mereka yang juga negeri kita.

Mengunjungi  museum ini sangat menyenangkan, terutama bagi pecinta kajian sejarah. Masuk ke Museum tidak dikenakan tarif, terserah kita saja mau ngasi berapa. Penjaga di sana ramah-ramah. Malah saya pernah baca pada sebuah blog milik orang Sumbar sendiri, ia sampai ke museum itu pada sore hari dan museum sudah tutup. Namun dengan baik hati penjaga bersedia membukanya. Dan rata-rata penjaga museum ini enak diajak bicara tentang sejarah. Diskusi jadi nyambung karena mereka juga menguasai materi yang kita diskusikan.



Berkunjung ke Bonjol, jangan hilangkan kesempatan untuk berkunjung ke Museum Tuanku Imam Bonjol, agar kita menyadari betapa sengsaranya berjuang mengusir penjajah dari bumi nusantara ini. Terutama mereka yang sekarang ini selalu berteriak paling pancasila namun suka membubarkan pengajian dan mencap kita islam ini radikal.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Suatu Sore di Taman Kota Tugu Pejuang Pintu Rimbo Lubuk Sikaping Pasaman Sumatra Barat

Melihat Keajaiban Alam Kabupaten Lingga Kepulauan Riau: Menjelajahi Pesona Pulau-pulau Indah dan Pantai yang Menakjubkan

Traveling Seru dengan Road Trip