Bonjol, I Am Crossing The Equator
Hanya satu malam saya nginap di Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Sumatra Barat ini. Esok paginya sekitar pukul 8 Wib, dengan menyandang ransel ala Backpacker saya sudah berdiri di seberang Penginapan Pasaman Saiyo untuk melanjutkan perjalanan. Destinasi selanjutnya turun lagi kea rah Bukittinggi, kota Bonjol.
Tidak berapa lama saya berdiri di pinggir jalan itu. Ketika bus menuju Bukittinggi lewat saya stop dan. Saya akan menumpang sampai Kota Bonjol. Perjalanan yang menyenangkan juga naik bus di pagi hari. Udara masih seuk sehingga tidak membutuhkan AC.
Pemandangan yang dilalui cukup indah. Bentangan persawahan, walau sudah banyak yang saya lihat, namun tetap kelihatan indah dan mempesona. Begitu juga lembah dan hutan-hutan yang kelihatan dirawat dengan rapi. Ada juga taman diantara hutan-hutan itu.
Ongkos naik Bus dari Lubuk Sikaping ke Bonjol hanya sepuluh ribu rupiah saja. Tidak mahal, karena memang tidak jauh dan perjalanan hanya sekitar 40 menit, bus sudah memasuki kota Bonjol. Tidak beberapa meter dari tugu Khatulistiwa.
Bonjol adalah nama salah satu Kecamatan di kabupaten Pasaman Sumatra Barat. Terletak di sekitar Jalan Raya Trans Sumatra 60 kilometer sebelah utara Bukitinggi. Setiap kenderaan dari Padang maupun Bukitinggi menuju Medan akan melewati kota ini. Kecamatan ini terkenal karena lokasinya terletak di garis khatulistiwa dan juga tempat kelahiran Pahlawan Nasional Imam Bonjol.Hampir 75% penduduknya adalah petani.
Monumen yang di bangun sebagai tanda garis khatulistiwa persis di Jalan Raya menuju Medan ini berbentuk sebuah bangunan bola dunia yang di kombinasikan dengan rumah adat minang kabau dan tulisan " You Are Crossing The Equator ". Garis lintang 0° ini semakin indah dengan desain biru bola dunia yang berada di pinggir jalan raya, dan disandingkan dengan jembatan yang beratapkan seperti rumah adat minangkabau.
Seorang lelaki setengah baya, pedagang cendramata menjelaskan kepada saya saat yang tepat untuk berwisata ke Bonjol adalah ketika matahari benar-benar berada di titik nol derajat. Titik kulminasi ini terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada 21-23 Maret dan 21-23 September. Dan jika datang tepat pada pukul 12.00 WIB, Kita akan mendapati bayang-bayang tubuh hilang dari permukaan tanah alias bayangan tubuh sejajar dengan badan, Lebih lanjut lelaki yang ramah itu menambahkan cuaca kota Bonjol yang lumayan panas dengan suhu tropis, menjadikan Bonjol banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Saya sudah melintasi garis kahutlistiwa, ada diantara pembaca yang belum? Maka datanglah ke Bonjol. Kapan lagi kita menggoreskan sejarah dalam kehidupan kita dengan mengatkan “I have crossed the equator in my life” Orang dari manca Negara saja datang ke mari, masa kita di Indonesia apalagi di Pulau Sumatra ini tidak pernah.
Catatan: Naskah dilengkapi dari
https://lifestyle.okezone.com/read/2012/09/03/408/684463/berwisata-ke-bonjol-kota-yang-dilintasi-khatulistiwa
Komentar