GO TO SABANG


Dari Sabang sampai Merauke
Berjajar pulau-pulau
Sambung menyambung menjadi satu
Itulah Indonesia


Lagu yang sudah familiar dengan kita  semenjak  dari  SD. Sabang kota di ujung barat Indonesia, sedangkan Merauke di ujung timurnya. Sebagai pecinta traveling rasanya tidak akan lengkap tanpa dapat kesempatan menginjakkan kaki di kedua kota diujung-ujung itu. Nah sekarang saya menuju Sabang. 

Sekitar pukul 7 pagi saya sudah check out dari hotel Aceh Barat tempat saya menginap. Pagi ini saya akan menyeberang ke Sabang melalui pelabuhan Olee lheu. Dari informasi kapal berangkat  pukul delapan. Saya buka applikasi go jek. Namun tidak berapa lama kemudian dapat balasan tidak ada driver yang terhubung. Kemudian saya tukar dengan Go Car. Dan diberi tahu ongkosnya 30 ribu. Saya oke kan tidak lama kemudian datang mobil alvanza mendekat. Dengan  mobil ini saya segera berangkat ke Pelabuhan Olee lheu.

Jalanan masih sepi, sepanjang pantai menuju pelabuhan, kapal-kapal nelayan bersandar berjajar di tepian pantai. Pelabuhan Ulee Lheue selama ini dikenal sebagai satu-satunya pelabuhan yang ada di Kota Banda Aceh. Luas area Pelabuhan Ferry Ulee Lheue yaitu ± 8 Ha dengan pembagian lahan untuk terminal penumpang sebagai bangunan utama, lahan parkir, dermaga kapal cepat, dermaga kapal lambat (ferry), kolam pelabuhan, dan lain-lain.

Hari sudah mendekati pukul 8 Wib namun terminal penumpang masih sepi, ketika saya beli tiket petugas mengatakan khusus hari Senin kapal menyebrang ke Sabang pukul pukul 10 wib. Berarti menunggu lah saya. Harga tiket untuk kapal cepat 80 ribu rupiah.

Diantara calon peumpang banyak juga turis mancanegara, mungkin mereka backpacker seperti saya juga. Secara perlahan terminal penumpang makin lama makin ramai. Saya duduk-duduk di kantin sambil menikmati nasi lemak dengan sambal ikan teri dan telur goreng, ditemani oleh kopi khas Aceh yang kental.

Masih kurang pukul 10 Peumpang sudah dipersilahkan untuk masuk ke Kapal. Kapal Bahari Ekspres cukup besar lebih besar nampaknya dari Dumai Ekspres yang biasa melayani rute Buton Tanjung Balai Karimun. Berbagai bangsa saya lihat mereka yang meyebrang. Ada orang Jepang, Korea dan para bule dari Eropa.

Pukul 10 lewat sedikit kapal mulai bergerak, meninggalkan pelabuhan Olee lhue. Dari balik kaca yang tertutup rapat, penumpang masih bisa melihat keluar. Laut tenang angin berhembus tidak begitu kencang membentuk ombak-ombak kecil. Buih-buih dilaut yang terapung  Nampak turun naik mengikuti irama riaknya air laut. Tak sampai 40 menit, pantai Pulau Sabang mulai naik. Sebuah bukit Nampak menonjol dan mendominasi daratan. 

Tak lama kemudian pelabuhan Balohan kota Sabang mulai terlihat. Kalau di lihat di peta pulau Sabang  ini terlihat seperti huruf W dengan tangkai yang bagian kanan lebih panjang.  Mungkin karena itu dinamakan pulau W. Sedangkan pelabuhah Balohan terletak di lekuk bagian luarnya. Jadi pelabuhan ini terletak di sebuah teluk. Dan pelabuhan ini merupakan pintu masuk melalui laut ke Pulau W atau tepatnya ke kota Sabang.

Dari jauh ketika kapal belum merapat ke dermaga kita sudah melihat tulisan “SELAMAT DATANG DI KAWASAN PELABUHAN BEBAS SABANG"  Dermaga cukup panjang. Sebelum keluar dari pelabuhan kita beberapa saat menapaki pelantar yang terbuat dari Besi.

Akhirnya saya sampai juga ke Kota Sabang, kota paling ujung Indonesia ini. Belum sampai ke luar area pelabuhan, puluhan tukang ojek sudah mengerubungi saya untuk menawarkan jasa. Saya segera membuka google map, mencari losmen “Citra” yang merupakan penginapan yang cocok untuk Backpacker. Ruapanya hanya sekitar 300 meter, jadi saya jalan kali saja, untuk apa naik ojek.
(Beberapa gambar diambil dari google)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Suatu Sore di Taman Kota Tugu Pejuang Pintu Rimbo Lubuk Sikaping Pasaman Sumatra Barat

Melihat Keajaiban Alam Kabupaten Lingga Kepulauan Riau: Menjelajahi Pesona Pulau-pulau Indah dan Pantai yang Menakjubkan

Traveling Seru dengan Road Trip