BACKPACKER TRAVELING TO KUALA KAMPAR (PART 7)
Hampir Pukul 09 pulau Penyalai yang
saya tuju sudah kelihatan. Matahari bersinar terik, laut bergelombang perlahan
sehingga kapal dengan tenang mulai mendekat ke pelabuhan. Dermaga tempat speed
bersandar tidak begitu istimewahampir sama dengan tempat-tempat lain seperti di
Selat panjang. Sejenak saya memandang ke darat, pulau Penyalai, untuk sampai ke
sini saja saya butuh satu hari satu malam melewati beberapa pelabuhan dan kota.
Pulau
Penyalai, ada juga yang menyebut pulau Mendol adalah sebuah pulau bertanah gambut
yang terletak di kuala Sungai Kampar, mengisi sebuah teluk yang berarus deras
saat air laut surut, sejajar dengan garis pantai timur pulau Sumatra bagian
tengah. Pulau ini merupakan daerah paling penting se-semenanjung Kampar,
terutama sebelum Pelalawan memisahkan diri dari Kabupaten Kampar karena Penyalai
adalah gerbang terluar provinsi Riau, Penyalai adalah daerah pelabuhan (yang
seharusnya) terpenting di Pelalawan sebelum menuju ke Kepulauan Riau.
Dengan menyandang ransel saya naik ke darat, di ujung dermaga ada rumah pondok kayu yang separoh bangunannya di darat separoh lagi pakai tiang mausuk ke laut. Di depannya ada bangku-bangku tempat orang duduk-duduk. Rupanya pondok itu konter menjual tiket kapal. Saya bertanya mengenai jadwal keberangkatan kapal ke Pelalawan. Mereka memberi informasi bahwa kapal yang berangkat hanya satu kali yaitu pukul 8 pagi.
Setelah
mendapat informasi tersebut saya berniat lansung ke sekolah yang akan saya
kunjungi, SD 09 Taluk. Beberapa meter dari dermaga ada sebaris kenderaan roda
dua parker dengan pemiliknya duduk-duduk diatasnya. Dalam pikiran saya ini
pasti saya ojek, lansung saja saya datangi. Dan rupanya memang tukang ojek.
Berbeda dengan tempat lain, yang tukang ojeknya selalu teriak-teriak mencari
penumpang tapi di sini tidak.
Saya
tidak mau pengalaman di tempat lain terulang di mana kalau kita naik saja nanti
setelah sampai di tujuan baru bayar dan
tukang ojek menetapkan ongkos diluar perkiraan. Maka saya tanya berapa
ongkosnya. Ketika dia bilang 30 ribu saya lansung Ok.
Struktur
tanah di Pulau Penyalai ini adalah tanah rawa-rawa dan gambut. Dan jalan
utamanya yang ada di sana adalah semenisasi. Kata tukang ojek, semenisasi ini
baru selesai. Kalau tidak jalannya becek dan berlumpur. Dan dilihat dari
rumah-rumah yang ada yang rata-rata bertiang, di simpulkan bahwa pulau penyalai
ini sering banjir atau tergenang air.
Cukup
jauh juga sekolah yang saya tuju. Sehingga ketika sampai, rasanya tidak pantas
30 ribu untuk ongkos ojek, maka saya kasih 50 ribu. Kedatangan saya disambut
oleh seluruh guru dan operator sekolah. Tidak lama kemudian pengawas yang
membawahi sekolah itu juga datang. Sedangkan kepala sekolahnya masih dalam
perjalanan menju sekolah.
Ternyata
program Penjaminan Mutu Internal sekolah yang saya pantau belum sama sekali
berjalan. Terpaksalah hari itu lansung saya fasilitasi membentuk Team
penjaminan mutu sekolah, Membuat naskah komitmen seluruh Pendidik dan Tenaga
pendidik sekolah untuk melaksanakan program penjaminan mutu sekolah. Kemudian
ketika kepala sekolahnya datang saya minta lansung untk membuat SK team
Penjaminan Mutu Internal sekolah. Lama juga saya, guru-guru, pengawas dan
kepala sekolah berdiskusi tentang apa yang harus mereka lakukan dalam
peningkatan mutu sekolah selaras dengan program penjaminan mutu internal
sekolah.
Selesai
masalah yang berhubungan dengan kedinasan,oleh kepala sekolah dan pengawas
serta operator sekolah saya diantar menuju penginapan yang mungkin satu-satunya
penginapan di tempat itu.
Naskah dan foto dilengkapi dari: kuansing-terkini.blogspot.com/2013/.../kuala-sungai-kampar-penyalai.ht.
Komentar