PENGALAMAN DI GUNUNG TALANG (PART II)

Gunung Talang memang specifik dan berbeda dengan gunung lain.Puncaknya bertingkat-tingkat. Kita mengira sudah sampai dipuncak. Tapi rupanya masih ada lagi yang lebih tinggi. Begitu beberapa kali. Lewat tengah hari kami sudah sampai ke tempat yang paling tinggi,...

Tidak berapa lama kami menunggu,  anggota yang kami utus  menemui kepala desa muncul dengan seorang lelaki yaang kira-kira sebaya dengan saya. Dia memakai celana silat yang longgar bewarna hitam tapi bajunya tidak baju silat. Ia memakai kaus oblong putih, di tangan sebilah golok berukuran sedang. Namun saya tidak takut karena wajahnya ramah dan mudah senyum.
Kami melanjutkan perjalanan. Kami hanya melewati semak-semak yang tidak begitu rapat sehingga mudah dilewati. Jalan juga tidak begitu terjal, sehingga tidak begitu menguras tenaga. Kemudian kami mulai memasuki hutan. Tidak begitu lebat sehingga masih mendapat sinar matahari. Hutannya juga tidak menakutkan. Penunjuk jalan kami yang baru itu menjelaskan bahwa tempat itu disebut pasiran. Daerah itu merupakan kampung orang bunian. Pada malam-malam tertentu dari desa di kaki gunung dari tempat itu terlihat puluhan obor. Dan diyakini itu obor orang bunian. Dan kadangkala malam-malam juga terdengar bunyi  gong dan calempong .

Ketika saya tanya apakah orang bunian itu sering menggganggu. Penunjuk jalan itu bilang tidak. Mereka di lam mereka, kita di alam kita pula. Tidak saling mengganggu. Hanya saja jangan takabur dan bicara yang bukan-bukan.  Jadi berbeda dengan cerita pak tua penunjuk jalan yang pertama, yang mengatakan orang bunian sering menculik orang.

Lintasan yang kami lalui cukup beragam. Hutan, semak-semak dan daerah terbuka. Pada daerah terbuka kami dapat menikmati pemandangan alam yang sangat menawan. Danau dibawah dan danau diatas nampak begitu indah dari kejauhan. Demikian juga hamparan kebun teh yang menghijau nampak berkilauan diterpa matahari. Sedangkan  gunung merapi dan gunung singgalang nampak berdiri gagah disebelah utara. Bagaikan 2 pengawal yang berdidiri kokoh menjaga alam. Sungguh pemandangan alam yang sangat mempesona.

Memasuki hutan yang lembab, kami diserbu oleh ribuan pacet yang seperti kehausan darah. Bagian-bagian tubuh yang terbuka menjadi sasaran empuknya. Mula-mula kita tidak sadar pacet sedang menghisap darah kita. Kita baru sadar setelah pacet itu kenyang dan terasa gatal-gatal dibagian pacet itu menghisap darah kita. Di kerajaan pacet ini kami harus berjalan cepat. Sebab kalau kita berjalan lambat makin banyak vampir ini hinggap ditubuh. Jika kita amati sambil berdiri, nampaklah ia dari radius satu meter ratusan tubuh-tubuh kecil sebesar lidi itu berdiri meliuk-liuk menuju kita, cukup mengerikan. Saya membayangkan seandainya orang terjerembab di daerah itu, mungkin dalam hitungan detik tubuhnya telah ditutupi binatang kecil itu.
Dari pengamatan ada tiga jenis pacet di hutan gunung talang itu. Yang bewarna hitam dia menjalar ditanah. Yang bewarna hijau hinggap di pohon-pohon. Sedangkan  yang bewarna warni sepertinya bisa terbang atau meloncat dari pohon
Habis daerah hutan lembab kami sampai kedaerah terbuka lagi, puncak sudah tampak. Sejenak kami berhenti. Bersih-beersih diri dari pacet yang hinggap ditubuh, Masih banyak yang menempel di tubuh. Meskipun tubuh ditutup demikian rupa, namun entah bagaimana, pacet bisa masuk di sepatu. Masuk dilipatan-lipatan paha dan ketiak. Untung anggota rombongan tidak ada yang perempuan. Kalau ada perempuan tientu akan ada yang berteriak histeris. Tak ada seorangpun dari kami yang tidak berdarah. Sykur seorang teman sudah membawa tembakau untuk menanggulanginya.
Mendekati puncak, di depan kami terbentang padang rumput yang sangat luas. Mirip dengan yang diceritakan dalam film-film koboi padang pengembalaan. Atau seperti yang dilukiskan dalam novel-novel DR. Karl May. Suatu pemandangan yang tidak kita jumpai pada gunung-gunung lainnya di Sumatra.

Gunung Talang memang specifik dan berbeda dengan gunung lain.Puncaknya bertingkat-tingkat. Kita mengira sudah sampai dipuncak. Tapi rupanya masih ada lagi yang lebih tinggi. Begitu beberapa kali. Lewat tengah hari kami sudah sampai ke tempat yang paling tinggi, berarti itulah puncaknya. Tidak ada kawah gunung berapi. Makanya beberapa tahun kemudian saya jadi heran ketika gunung talang mengeluarkan asap dan berbahaya seperti gunung berapi lainnya. Jadi gunung talang aktifnya setelah kami daki, sebelumnya aman-aman saja.

Komentar

Anonim mengatakan…
Tahun brp mrndaki.a gan?

Postingan populer dari blog ini

Pada Suatu Sore di Taman Kota Tugu Pejuang Pintu Rimbo Lubuk Sikaping Pasaman Sumatra Barat

Melihat Keajaiban Alam Kabupaten Lingga Kepulauan Riau: Menjelajahi Pesona Pulau-pulau Indah dan Pantai yang Menakjubkan

Traveling Seru dengan Road Trip